Iqrometro.co.id, Kisah perjalanan hidup Rasulullah saw memang tertulis dalam tinta emas sejarah. Kisah-kisahnya heroik dan teladan sajati, hadits-hadits tentang kehidupan dan kisahnya pun seolah harum tercium hingga ribuan tahun, berabad-abad, tak lekang waktu dan bahkan membuat siapapun hanyut dalam kisah hidupnya.
Tersebutlah, dari Umar bin Khaththab ra., suatu saat Nabi saw bersumpah untuk tidak menemui isteri-isterinya selama satu bulan dan Rasulullah memisahkan dirinya dari kesenangan dunia untuk bermunajat kepada Allah swt. Rasulullah saw berada di tempat yang tinggi seorang diri bersama Rabb-nya.
Umar ra., rindu dan mencari Rasulullah saw. Dia pun menemui Rasulullah saw., di tempatnya bermunajat. Di tempat itu, tidak ada makanan kecuali hanya sebungkus makanan dari daun salam dan bekal lainnya yang digantung serta sebungkus makanan dari gandum yang diawetkan untuk makanan jangka panjang. Rasulullah saw didapatinya tidur di tanah yang berpasir hingga ada bekas pada sisi tubuh Rasulullah saw.,
Saat itulah, Umar bin Khaththab menangis dan berlinanglah airmatanya. Rasulullah saw pun melihat Umar menangis dan bertanya, “Ada apa denganmu?”
Aku (Umar) menjawab, “Wahai Rasulullah, engkau adalah pilihan Allah di antara semua makhlukNya, padahal Kaisar Romawi dan Kisra Persia berada dalam kemewahannya.”
Maka wajah Rasulullah saw memerah dan berkata, “Apakah engkau masih ragu wahai Ibnul Khaththab?” Lalu, Rasulullah saw bersabda, “Mereka adalah kaum yang kesenangannya disegerakan dalam kehidupan mereka di dunia.” (Muttafa ‘alaihi).
Dan, dalam hadits riwayat Muslim Rasulullah bersabda, “Tidakkah engkau ridha jika itu semua untuk mereka (ketika) di dunia dan untuk kita di akhirat?”
Aku (Umar) berkata, “Benar wahai Rasulullah.” Lalu Nabi saw pun bersabda kembali, “Oleh karena itu pujilah (bersyukurlah kepada) Allah ‘Azza wa Jalla.”
Jika Rasulullah saw sebagai kekasih Allah, hambaNya yang paling takwa demikian sabar menghadapi segala kehidupan dan tak teriming-imingi dunia. Lalu kenapa banyak umatnya kini yang hingga saudaranya sampai diremehkan karena soal kedudukan dan harta?
Mari sadari itu kawan.