Menu
Lets Bright Together!

Ternak Ayam Bapak Sutrisno: Lampung Tengah

Ayam Potong Pembawa Rezeki

Hampir setiap hari lauk yang kita makan adalah dari unggas yang memiliki badan gempal ini. Unggas yang bernama lain ayam Broiler atau yang kita kenal dengan ayam potong tidak dapat terbang layaknya ayam-ayam lain karena unggas ini memiliki berat yang melebihi jenis ayam-ayam lain. Kurun waktu 35 hari berat ayam potong dapat mencapai 2,5 kg- 3 kg. dari indicator berat unggas kita dapat mengetahui bahwa yam potong memiliki pertumbuhan 8 kali lebih cepat dibandingkan dengan ayam kampung. Ini salah satu alasan beberapa petani di Kampung Ratna Chaton beralih profesi sebagai peternak ayam potong.
Bapak Sutrisno misalnya, yang juga merupakan salah satu peternak ayam potong di Kampung Ratna Chaton. Ia sudah menggeluti pekerjaan ini selama hampir 1 tahun, yang notabene beliau adalah Sekertaris Desa dan merupakan petani yang ulet di Desa Ratna. Waktu yang relatif baru dibandingkan dengan peternak-peternak lain yang telah memakan asam garam dalam bisnis pemeliharaan ayam potong. Bapak Pariman misalnya, sudah melakukan bisnis ini selama lebih dari 3 tahun.
Dalam menjalankan bisnis ini pak Sutris tidak memiliki tenaga kerja tetap, semuanya dikerjakan oleh ia dan keluarganya seperti istri dan anaknya yang masih duduk di bangku sekolah menengah. Namun, ada waktu-waktu tertentu beliau membutuhkan tenaga kerja. Ini terjadi saat pemindahan anakan ayam dari penetasan ke kandang, menurunkan pakan ternak dari truk ke kandang, dan waktu pemanenan.
Bisnis ini merupakan hasil kerjasama antara PT Sarana Ternak Sejahtera dengan peternak dalam bentuk kemitraan. Peternak hanya bermodalkan membangun kandang dan perusahaan akan mencukupi segala kebutuhan kandang seperti pakan, vaksin, alat-alat peternakan, dan termasuk bibit anak ayam yang telah ditetaskan. Awal mula, anakan ayam yang berusia 0 hari dipindahkan dari penetasan ke daerah pemeliharaan ayam seperti kandang yang dimiliki Pak Sutrisno ini. Sekali pemindahan anakan ayam ada sekitar 6000 ekor dengan harga Rp 7000/ekor. Anakan ayam potong dipelihara sedemikian baiknya oleh Pak Sutrisno hingga berumur 35 hari. Ayam diberikan pakan sebanyak 2 kali sehari. Hari pertama pemberian pakan hanya berkisar 1 kuintal. Jumlah ini akan terus bertambah sesuai pertumbuhan ayam hingga mencapai 1 ton perhari. Dalam pemeliharaan ayam potong ada perlakuan khusus antara lain vaksinasi, pemberian obat-obatan untuk kekebalan tubuh ternak, dan untuk mencegah timbulnya penyakit pada ternak. Setelah berumur 35 hari ayam dapat dipanen dan dipasarkan oleh perusahaan. Selama kurun waktu yang relatif singkat ini, ayam dapat mencapai bobot 2,5-3 kg.
“Keuntungan yang diperoleh dari ternak ayam potong ini dapat mencapai angka yang lumayan fantastis,” ujar Sutrisno. Keuntungan perekor dapat mencapai Rp 3000 dikalikan 6000 ekor. Misalnya, perusahaan mematok harga Rp 16.000 sedangkan harga dipasaran Rp 19.000. Selisih harganya merupakan keuntungan bagi peternak ayam. Namun, dibalik keuntungan yang besar juga terdapat resiko yang ditanggung seperti kematian ayam, gangguan hewan lain, dan penyakit flu pada ayam. Bahkan peternak juga mengalami kerugian jika ayam tidak mencapai bobot yang diharapkan. Masyarakat sekitar peternakan juga dapat membeli ayam potong langsung dari kandangnya melalui bapak Sutris. Meskipun sebenarnya ini dilarang oleh perusahaan namun, akhir-akhir ini perusahaan dapat menolerir kegiatan ini asalkan pembelian dalam jumlah kecil atau di bawah 50 kg. jika pembelian mencapai 50 kg harus melalui DO.
“Adanya peternakan ini merupakan keuntungan bagi masyarakat sendiri karena masyarakat lebih mudah mendapatkan pasokan ayam dalam skala besar maupun kecil”, tutur sutrisno. Namun, ada dampak negatif dari peternakan ini yang imbasnya ke masyarakat juga yaitu banyaknya lalat yang menyerbu pemukiman masyarakat. Lalat-lalat ini berasal dari peternakan yang jaraknya tak jauh dari pemukiman. Bau menyengat yang berasal dari kotoran ayam juga terkadang dapat dicium dari pemukiman warga. Berbagai usaha sudah dilakukan untuk menangulangi akibat dari adanya peternakan ini seperti penyemprotan pada kandang dan penyemprotan pada telur-telur lalat. Limbah kotoran pun tidak mencemari lingkungan, bahkan kotoran yang dihasilkan ayam dapat dijual sebagai pupuk. Memang bau yang dari kotoran yang sulit dihilangkan.
Banyak harapan yang digantungjkan melaui bisnis ini. “Harapan saya harga ayam di pasaran tidak terlalu fluktuatif, agar peternak dapat memperoleh untung sesuai harapan,” harap Sutrisno.