Menu
Lets Bright Together!

KOREKSI TERHADAP KISAH SULTAN SULAIMAN AL-QONUNI BIN SALIM

Oleh: Akhmad Syahid, M.Kom.I

Sudah tidak asing lagi ditelinga kaum muslimin Indonesia mendengar nama Raja Sulaiman. Sosok yang digambarkan sebagai seorang Raja di kerajaan Ottoman yang dikelilingi oleh wanita-wanita yang mengenakan pakaian namun telanjang, suka berganti-ganti perempuan, angkuh, dan beberapa kisah-kisah lain yang sebenarnya tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Kisah King Sulaiman the Magnificent dalam sebuah acara stasiun Televisi Swasta yang kini judulnya diubah menjadi Masa Kejayaan, merupakan sebuah fiksi dari kisah Sultan Sulaiman Al-Qonuni Bin Salim.
Siapakah sebenarnya Sultan Sulaiman?
Sultan Sulaiman al-Qonuni memimpin kesultanan Turki Utsmani selama 46 Tahun, yaitu mulai tahun 1520–1566 M, Sulaiman di dunia barat disebut dengan sulaiman yang luar biasa, daerah-daerah yang berhasil ditaklukkan mencakup Asia Kecil, Armenia, Irak, Syiria, Hijaz, Dan dan Yaman di Asia, Mesir, Libia, Tunis dan Aljazair di Afrika, Bulgaria, Yunani, Yugoslavia, Albania, Hongaria, Dan Rumania Di Eropa. Al-Qonuni adalah gelar yang diberikan kepada Sultan Sulaiman dikarenakan jasanya yang berhasil menyusun Undang-undang Modern yang sesuai dengan Syari’at Islam di kesultanan Turki Utsmani, Undang-undang dalam istilah arab disebut dengan Qonun.
Sultan Sulaiman Al-Qonuni berhasil memimpin beradaban dunia Islam pada abad ke-16. Sultan Sulaiman al-Qonuni lahir diperkirakan pada tanggal 6 November 1494 di Trabzon, di daerah pantai Laut Hitam. Pada usia tujuh tahun, ia dikirim untuk belajar sains, sejarah, sastra, teologi, dan taktik militer di sekolah Istana Topkapı di Konstantinopel. Sebagai seorang pemuda, ia berteman dengan Ibrahim, seorang budak yang di kemudian hari menjadi penasihatnya yang paling dipercaya. Pada usia 17 tahun, Sulaiman ditunjuk sebagai Gubernur Kaffa (Theodosia), kemudian ia juga ditunjuk menjadi Gubernur Sarukhan (Manisa) setelah sebelumnya menjabat sebentar di Edirne. Saat ayahnya, Salim I (1465–1520), meninggal dunia, Sulaiman kembali ke Konstatinopel dan mengambil kekuasaan sebagai Sultan Utsmaniyah ke-10.
Mengapa kisah Sultan Sulaiman al-Qonuni di jadikan sebuah fiksi?
Dilecehkan dan dikambing hitamkan bukanlah hal yang aneh dan baru bagi seorang Mujahid dalam Islam. Begitu juga kisah Sultan Sulaiman Al-Qonuni bin Salim, keberhasilannya membawa Islam menuju masa kejayaan dan keemasan.
Diawali dari peristiwa pembunuhan terhadap utusan utsmaniyah untuk mengambil Jizyah ke Negara Hongaria yang saat itu dipimpin raja Luis II. Pembunuhan tersebut adalah usulan Paus di Vatikan. Mendengar kabar tersebut, Sultan Sulaiman Al-Qonuni bin Salim mempersiapkan diri dan pasukan untuk menyerang Eropa. Sultan Sulaiman Al-Qonuni bin Salim mempersiapkan 100.000 prajurit, 350 meriam dan 800 kapal perang. Begitu juga pihak eropa yang di motori oleh para misionaris mempersiapkan 200.000 pasukan berkuda, 35.000 diantaranya menggunakan persenjataan lengkap dengan baju besi.
Menghadapi pasukan musuh yang begitu tangguh dan dibekali dengan perlengkapan perang yang sulit dikalahkan, Sultan Sulaiman al-Qonuni bin Salim menerapkan taktik perang yang tidak disangka-sangka oleh musuh. Taktik peperangan yang brillian. Sultan Sulaiman al-Qonuni bin Salim membagi pasukannya menjagi tiga barisan yang panjangnya mencapai 10 kilometer. Barisan yang pertama adalah barisan pasukan Jenissari atau Inkisyariah, yaitu pasukan pilihan yang sudah terlatih. Barisan kedua adalah pasukan berkuda dengan perlengkapan senjata sederhana dan pasukan pejalan kaki. Adapun barisan ketiga adalah barisan pasukan meriam dan juga disitulah Sultan Sulaiman al-Qonuni bin Salim berada.
Sultan Sulaiman al-Qonuni bin Salim menginstruksikan kepada pasukan Jenessari atau Inkisyariah untuk melakukan penyerangan selama 1 jam, kemudian setelah satu jam giliran pasukan barisan kedua untuk membuka jalan pelarian kearah kiri dan kekanan, bukan ke belakang. Sesuai dengan intruksi Sultan Sulaiman, pasukan Inkisyariah dengan gagah berani menghadapi kekuatan musuh dan berhasil membunuh 20.000 pasukan eropa. Tepat satu jam perlawanan pasukan Inkisyariah kemudian berhadapan dengan pasukan inti eropa, bersamaan dengan itu Sultan Sulaiman memerintahkan pasukan baris kedua untuk membuka jalan melarikan diri kearah kiri dan kanan, demikian pasukan inkisyariah tiba saatnya untuk melarikan diri kea rah kiri dan kanan.
Dengan demikian terbukalah jantung barisan pasukan Sultan Sulaiman, sehingga semua pasukan eropa berhadapan langsung dengan pasukan meriam sultan Sulaiman. Tanpa disadari pasukan eropa yang dengan semangat tinggi untuk membantai pasukan Sultan Sulaiman, masuk jebakan dan berhadapan langsung dengan meriam-meriam Sultan Sulaiman. Begitu jelas keberadaan pasukan eropa di depan meriam, meriam pun di nyalakan dan kurang dari 1 jam, pasukan eropa porak-poranda, dan tersisa pasukan yang berada di barisan belakang yang kemudian melarikan diri menyeberangi sungai Mohacs, namun dikarenakan saling berhimpitan tidak sedikit pula pasukan eropa yang mati di sungai Mohacs.
Sejarah inilah yang tidak pernah dilupakan oleh kaum misionaris sepanjang zaman. Kebencian dan dendam mereka wujudkan salah satunya dengan membuat fiksi kisah Sultan Sulaiman Al-Qonuni bin Salim. Kedengkian dan kebencian tersebut dipertegas oleh Allah SWT dalam surat al-Baqarah ayat 120 ;

وَلَنْ تَرْضَى عَنْكَ الْيَهُودُ وَلا النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ قُلْ إِنَّ هُدَى اللَّهِ هُوَ الْهُدَى وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءَهُمْ بَعْدَ الَّذِي جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ مَا لَكَ مِنَ اللَّهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلا نَصِيرٍ (١٢٠)
“orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah Itulah petunjuk (yang benar)”. dan Sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, Maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu”.