Dinding-dinding putih terdiam sombong
Anak-anak tangga tertawa tiada henti
Aku lelah aku pekak
Bangku dan meja bersiul mengejekku
Awaskau! Pergi sana!
Ke mana aku harus berlari menghindari ini
Penat sudah isi anganku
Jengah sudah ambisi
Gamang sudah angan-angan
Kepala ini menjadi tameng setan
Si iblis telah berselempang di dada
Tuyul kecil menggodaku
Ha…ha…ha…
Kemudian terdiam berfikir
Kau yang menggoda apa aku yang genit
Semua berjalan tak kurasa
Ingin rasanya ku kembali
Ke kehidupan di ruang hampa dari ibu suci
Yang selalu didamba kehadirannya
Tenang, suci, murni tanpa noda