Rindangnya malam bergelanyut
Melalui diri yang selalu sunyi
Hitam berdenyut
Untukmu yang Maha Suci
“Berilah Aku Peri yang Baik Hati”
Terdiam terkerut…
Malu tapi mau
Semua sudah terlambat
Aku memang Kijang Jalang
Yang lari tunggang langgang tanpa arah
Tetapi diam ketika terang datang
Manggut terkerut
Tertatih dan perih
Terkuak tapi ingin muak
Berderit tapi tak menjerit
Peluh dan luluh angkuh
Bergerombol selalu menyenggol
Tak berani meski ria nyali
Kering mencoba mengiring
Lupa duka
Ingat lara
Pergi……pergi……
Seperti memahat di atas kayu
Jika salah atau keliru
Sulit untuk mengembalikannya
Mungkin hanya bisa mengarahkannya
Kembali membentuk ukiran baru
Dan berharap menemukan pola baru kembali
Sepatah udara terhembus
Memendar di kesunyian
Hampa….
Kucoba membuka luka
Mengisi hati di diri
Melempar senyum
Membuka mimpi
Mencoba tertawa
Tuk membuka hampa
Terima….
Kasih..
Terima kasih….
Seperti mengukir di atas air
Layaknya ombak yang tak berpantai
Seperti bertepuk sebelah tangan
Sia tersisa sia
Lupa diri ingatpun hilang
Indah jika berbuah
Semoga…
Semoga…