Berbicara dengan keikhlasan merupakan suatu permasalahan psikologi seseorang dalam menjalankan sesuatu atau menerima sesuatu. Sedangkan profesional dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya. Memang dirasa sangat luas dalam memaknai suatu keihklasan dan keprofesional. Bisa dikatakan mudah, bisa juga dikatakan sulit untuk memaknainya.
Dalam suatu kasus misalnya ketika kita disuruh seseorang untuk melakukan sesuatu yang sebenarnya tugas tersebut bukan tugas kita. Di lain pihak orang yang menyuruh tersebut secara tidak langsung memaksa untuk melakukannya. Jika memang kita ikhlas maka akan baik adanya dalam melakukan tugas tersebut. Namun juga ada yang lebih baik lagi dari hal tersebut yaitu ketika kita ikhlas melakukan tugas tersebut yang merupakan bukan tugas kita dan ditambah juga yang menyuruh pengertian dengan memberi sesuatu imbalan dengan ikhlas pula.
Mungkin dirasa membingungkan kalimat-kalimat di atas, tetapi begitulah memang kondisinya jika sesuatu itu berupa ikhlas yang profesional. Suatu keihklasan yang memiliki kecakapan khusus untuk melakukannya.
Sama halnya dengan ketika kita beribadah jika kita profesional atau memiliki ilmu maka hasilnyapun akan berbeda dengan beribadah dengan orang yang tidak profesional atau tidak memiliki ilmunya. Maka di situlah letaknya bahwa kita harus menuntut ilmu walaupun sampai ke liang lahat. Begitu juga akan berbeda hasilnya ketika seorang ahli mekanik membenahi kerusakan motor akan berbeda dengan seorang yang tidak memiliki keahlian mekanik tiba-tiba disuruh membenahi kerusakan motor.
Ada suatu contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari yaitu ada seorang Office Boy (OB) disuruh memindahkan barang dari lantai dasar ke lantai tiga di gedung A. Padahal OB tersebut bertugas di gedung B. Dengan begitu semangatnya si OB memindahkan barang tersebut, namun ternyata dia setelah itu berharap sang penyuruh memberikannya sesuatu karena umumnya seperti itu. Tiba-tiba saja ternyata tidak diberi apa-apa si OB tersebut. Betapa kecewanya si OB tersebut dan dia pun mencaci maki sang penyuruh walaupun hanya di belakang saja.
Sungguh kejadian yang sangat miris karena dari cerita di atas betapa tidak adanya keihklasan yang profesioal. Dimana disitu terdapat “Anarkitis Humanis” atau yang bisa diartikan kejahatan kemanusian baik di dunia maupun di akhirat. Karena ketika hal tersebut terjadi maka akan berdampak negatif bagi sang penyuruh maupun yang disuruh baik di dunia maupun di akhirat.
Dalam hal ini maka akan penulis coba menuliskan konsep ikhlas profesional: yang pertama yaitu adanya ketidak pamrihan kita dalam menjalankan sesuatu; dan yang kedua adalah kecerdasan akhlak sang pemberi perintah dalam hal memberikan perintah tersebut. Jika konsep tersebut terbentuk dalam kehidupan kita maka akan menghindari dari terjadinya “Anarkitis Humanis”.