Menu
Lets Bright Together!

Buku Kota Metro: Bom Neraka Munajat Maraton Reflektif

Penulis: Dliyaul Haq

Penerbit: CV. IQRO

ISBN: 978-602-60004-2-2

Contact Person: 081379404918

START

مثل الذي يذكرربه والذي لا يذكر ربه
مثل الحي والميت

Perumpamaan orang yang ingat Tuhan
dengan orang yang tidak ingat Tuhan
itu laksana orang yang hidup
dengan orang yang mati

Dengan nama Allah Maha Pengasih lagi Penyayang. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam, yang telah menganugerahkan kepada setiap manusia alam pikiran dan alam hati, sebagai sarana untuk beribadah kepada-Nya. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan dan tauladan kita, Muhammad Rasulullah, keluarga dan para shahabatnya. Wa Ba’du.

Berikut ini buku Bom Neraka. Sengaja saya rakitkan untuk saya dan anda sebagai bekal perjalanan hidup, dalam rangka meluluh-lantakkan segala suasana hati yang belum bahagia. Semoga kita senang membacanya dan dapat mengambil manfaat darinya. Di kala kita membaca, telitilah kandungan buku ini dengan nalar yang sehat, logika yang jernih, dan di atas itu semua, dengan ayat-ayat Allah yang senantiasa terjaga dari kekeliruan. Tanpa adanya perenungan yang mendalam, buku ini tidak akan memberikan faedah kepada kita, melainkan hanya sedikit saja.

Saya menulis buku ini untuk semua jiwa yang senantiasa merasa hidup dalam bayang-bayang kegelisahan, yang merindukan kedekatan pada tempat asalnya yang sejati, yakni Allah Swt

Buku ini berisi munajat maraton. Mengajak anda ber-audiensi (menghadap) ke haribaan Tuhan, untuk membantu mengutarakan isi hati secara apa adanya dengan tulus ikhlas dan pasrah. Tentu saja dengan memakai bahasa yang dipahami hati, dengan sikap yang mengagungkan tetapi sangat mendekatkan diri.

Sesungguhnya doa adalah memohon kepada Allah Swt., Dzat yang mengendalikan segala alam dan isinya dengan asumsi dasar bahwa manusia adalah makhluk yang lemah dan dilingkupi dengan nilai-nilai keterbatasan. Doa adalah aktivitas yang menunjukkan atau yang mengidentifikasikan akan kelemahan dan ketidakmampuan manusia. Jadi komunikasi memohon ini dari bawah ke atas (bottom up) dan bukan dari atas ke bawah (top down). Dalam hal ini Nabi Muhammad pernah bersabda, doa itu adalah inti dari segala ibadah. Maka setiap ibadah tanpa doa bagaikan makan tanpa lauk pauk.

Pada saat sebuah doa disalin dalam tulisan, tentu dapat dipastikan bahwa doa tersebut kehilangan unsur spontanitasnya. Namun meski demikian, doa tetap menyuarakan sesuatu yang dengannya saya dan anda berusaha membangun dan memperkokoh sebuah hubungan yang benar dengan Allah Swt.

Standar kemakbulan doa seorang manusia tidak terlepas dengan kebeningan jiwanya, kebenaran imannya dan keikhlasannya yang mendalam. Doa adalah benih tanaman yang tak bisa tumbuh jika tanah perbuatan nyata hidup kita bukan tanah subur baginya. Orang yang berdoa tanpa berupaya sama halnya seperti pemanah tanpa busur. Anak panah itu tidak akan melesat apalagi mengenai sasaran. Jika doa saya atau anda tidak terkabul, itu bisa jadi karena kita berdoa kepada Tuhan yang tidak kita kenal. Oleh sebab itu hendaknya kita selalu koreksi diri, berusaha lebih taat kepada-Nya. Jadi bukanlah karunia Tuhan yang lamban, melainkan karena kitalah yang terlambat dalam menghadap kepada-Nya.

Sesungguhnya Allah menjanjikan ijabah bagi orang yang senantiasa berdoa. “Serulah Aku! Akan Ku kabulkan doamu” (ud’uniy astajib lakum), demikian firman Tuhan. Allah menjamin mengabulkan do’a kita, tapi dalam apa yang Dia kehendaki untuk kita, dan bukan menurut apa yang kita kehendaki. Dan tentu saja waktunya adalah sesuai dengan kehendak-Nya, bukan sesuai dengan kehendak kita. Jadi hendaklah kita berdoa bukan dengan tujuan agar keinginan kita dikabulkan, melainkan agar kita diubah sehingga dapat menyatu dengan kehendak Ilahi. Hendaklah doa kita dimaksudkan demi menunjukkan kehambaan kita, dan demi menunaikan hak-hak Allah. Tuhan senang jika mendengar suara hamba sedang berdoa, sebagaimana kita menyenangi suara kicauan burung dalam sangkar.

Demikian, saya berharap buku ini benar-benar dapat menjadi sebuah bom. Bom yang tidak mampu melukai, melainkan justru mengobati. Buku ini masih sangat jauh dari sempurna, karena itu saya mohon kritik konstruktif dari para pembaca, agar di kemudian hari bisa menjadi lebih baik. Semoga dapat bermanfaat dan memberikan inspirasi baru bagi kita semua. Amin.

Ujungpangkah, 01 April – 15 Mei 2006

Dliyaul Haq

–o0o–