Menu
Lets Bright Together!

Nasehat Prajurit untuk Profesor

  • Share

Iqrometro.co.id, Semoga kisah sederhana ini dapat membawa kebaikan pada kita, agar menjadi pengingat bahwa hidup merupakan anugerah agar digunakan sebaik-baiknya.

Suatu kali, seseorang pemimpin tentara di suatu daerah ingin membuat seminar untuk para pasukannya tentang pelajaran moral sehingga seorang prajurit di bawah kepemimpinannya diharapkan tak hanya kuat secara fisik namun juga memiliki akhlak yang baik atau moral yang menjunjung tinggi keadilan dan budi pekerti yang baik.

Sang Pemimpin pun mengundang seorang Profesor yang terkenal dalam hal moral, sang Profesor sudah berkeliling tempat guna menyampaikan rasa kemanusiaan dan kepeduliaan, dia terkenal memiliki pengetahuan yang tinggi soal moral. Tibalah hari itu, seluruh tentara wajib hadir dan bersiap mendengarkan ceramah sang profesor.

Hari itu, sang pemimpin meminta Fadlan, salah satu pasukannya untuk menjemput sang Profesor di Bandara. Fadlan pun sudah stand by, menunggu sebelum pesawat landing. Pesawat yang ditunggu Fadlan pun sudah turun, banyak penumpang terlihat mulai antre turun, dari wajah mereka ada yang nampak lelah dan ada juga yang terlihat gembira, hingga seorang lelaki yang berumur 50an turun, seorang profesor yang ditunggu Fadlan.

Fadlan pun segera sigap berlari kearah Profesor dan memberi salam serta membawakan koper milik Profesor tersebut. Mereka pun berbincang sebentar dan bergerak pergi dari Bandara.

Namun, ada kejadian unik dan janggal yang terjadi sepanjang perjalanan mereka keluar dari Bandara. Profesor sering kehilangan jejak si Tentara yaitu Fadlan yang menjemputnya. Beberapa kali dia menengok kesana kemari mencari si Fadlan karena sering kehilangannya. Setiap kali kehilangan Prajurit tersebut, didapatinya Fadlan banyak melakukan banyak hal, seperti; menolong anak kecil yang tersesat, membantu nenek tua yang kesusahan membawa kopernya, bahkan menggendong seorang anak kecil dan terlihat mereka tertawa bersama sambil tangan si tentara tetap membawa koper sang profesor.

Si Profesor pun selalu memperhatikan apa yang dilakukan Fadlan selama perjalanan tersebut, tak lepas dari setiap langkah adalah menyapa lelaki tua, atau bahkan anak kecil dan remaja, siapa saja dan bahkan menolong siapapun yang membutuhkan pertolongan atau tidak membutuhkan pertolongan dengan menawarkan bantuan. Semakin heran, Profesor itu pun bertanya di dalam mobil kenapa dia selalu kehilangannya dan Fadlan selalu berusaha membantu siapapun yang ditemuinya. Penjelasan Fadlan pun membuat Profesor benar-benar kagum pada Fadlan.

Fadlan bercerita sepanjang dirinya bersama pasukan yang lain dan bertempur dengan musuh, ada satu peristiwa yang selalu membuatnya sadar akan arti kehidupan. Suatu pertempuran, Fadlan menjadi satu-satunya yang selamat dari timnya karena dia melihat satu persatu temannya meninggal karena ledakan ranjau. Saat itu, Fadlan dan timnya berhati-hati dalam setiap langkah mereka, namun meski hati-hati, Fadlan harus terguncang setiap kali temannya meninggal karena menginjak ranjau. Fadlan yang selamat sejak itu sadar bahwa setiap langkah bisa menjadi titik kematian seseorang maka dia memutuskan setiap langkahnya harus membawa kebaikan dan kebahagiaan bagi orang lain dan bermanfaat.

Sejak itulah, Fadlan tak bisa membiarkan satu langkahnya kecuali untuk kebaikan dan kemanfaatan.

Profesor itu mendengarkan dengan penuh perhatian. Hingga mereka pun tiba di kamp dan tempat seminar, tiba saatnya sang Profesor memberikan materinya kepada pasukan yang begitu banyak di hadapannya.

Profesor itu terlihat menitikkan airmata dan berkata;

“Hari ini, saya belajar dari seorang prajurit sejati, yang mungkin namanya tak terkenal sama sekali. Tak sekedar wawasan teori namun dia adalah inspirasi bagi saya. Saya bukanlah apa-apa, karena selama ini hanya belajar teori dan mengajarkan teori. Saudara saya Prajurti Fadlan adalah contoh kebaikan moral yang sebenarnya. Hari ini, saya sadar dan belajar darinya, bahwa ilmu yang segunung saya pejarari hari ini, tak lebih baik dari apa yang dilakukan Fadlan selama ini.”

Itulah hidup kawan Sepercik Embun, Hidup itu bukan dari banyaknya wawasan, melainkan sesungguh apa langkah yang kau lakukan untuk kebaikan.

  • Share