Menu
Lets Bright Together!

Tokoh Desa Banarjoyo, Lampung Timur, Bapak Juwanto

Orangnya masih belum terlalu tua, namun sudah tidak muda lagi. Beliau memiliki kegiatan yang cukup padat pada waktu sehabis Ashar hingga Menjelang Isya. Kegiatanya yaitu memberikan pengajaran baca tulis Al-Qur’an dan Iqro kepada anak-anak usia sekolah dasar dan pengajaran kitab pada anak usia Sekolah Menengah Atas (SMA) di rumahnya sendiri. Yang mengikuti kegiatan yaitu berkisar dua puluh (20) anak bahkan lebih. Dalam memberikan pengajaran, beliau tidak sendirian melainkan dibantu oleh istrinya.
Beliau adalah bapak Juwanto, ayah tiga anak ini adalah warga Desa Banarjoyo Dusun Pacitan Kecamatan Batanghari yang banyak memberikan pengajaran Al-Qur’an, Iqro, dan Kitab di rumahnya sendiri. Rekam jejak pendidikanya adalah setelah lulus dari Madrasah Aliyah (MA), beliau belajar ke Pondok Pesantren Ushuluddin di Kabupaten Magelang Jawa Tengah. Oleh karena itu, banyak pengetahuan agama Islam yang didapatkan oleh bapak Juwanto.
Sebenarnya bapak juwanto adalah seorang petani dan pekebun. Tapi karena kemurahan hatinya beliau menyisihkan waktunya untuk mensyiarkan agama Islam melalui bimbingan ngaji di rumahnya. Menurut beliau, pendidikan agama itu sangat penting sekali bagi anak-anak dan remaja sebagai benteng akidah mereka.
Kegiatan belajar di rumah bapak Juwanto yaitu pada hari Senin sampai Rabu ngaji biasa, sedangkan hari Kamis libur. Untuk hari Jumat dan Minggu juga ngaji biasa. Tetapi untuk hari Sabtu yaitu belajar fasholatan (Sholat) bagi anak-anak sebagai bekal dalam kehidupan pribadi anak-anak kelak nantinya. Dalam pembelajaran di rumahnya, anak-anak selalu riang gembira untuk mengikuti kegiatannya.
Pada malam harinya, bapak Juwanto memberikan pengajaran kitab-kitab kelasik pada anak-anak remaja. Menurut beliau, pengajaran kitab sangat penting sebagi terjemahan dan penafsiran Al-qur’an dan Hadits Nabi SAW., dalam pengajaranya, pak Juwanto menggunakan sistem sorogan dan bandongan. Yaitu seorang murid berhadapan dengan gurunnya dan bisa berkelompok. Sungguhpun begitu, menurut beliau ilmu agama harus tetap lestari dan harus dijaga sebagai wujud pengabdian kepada Yang Maha Kuasa.