Menu
Lets Bright Together!

Somay Pak Sutrisno: Kota Metro

Kami di sini mewancarai seorang pedagang somay yang sering berjualan keliling di sekitar sekolah, beliau bernama bapak Sutrisno umur 58 tahun, beliau mulai berdagang dari tahun 2010 hingga sekarang, dulu beliau pernah bekerja di pabrik industri pembuatan tas dari tahun 1999 hingga 2008. Karena pabrik industri tas tersebut pernah terbakar dan mulai lambat laut bangkrut beliau memutuskan untuk putus kontrak dan mulai meninggalkan pabrik tersebut dan kembali ke Lampung karena keluarga besar bapak Sutrino berada di Metro, dan alhasil beliau memutuskan untuk beristirahat. Sementara istri beliau melanjutkan berdagang di depan rumah, warung tersebut dibangun pada tahun 2005 hingga saat ini. Warung dagang istrinya adalah hasil jerih payah bapak Sutrisno, semenjak bapak Sutrisno tidak bekerja beliau sibuk membantu istrinya berdagang, dan pada tahun 2010 ada seorang tetangga menawarinya modal dan beliau menerima. Kebetulan beliau mempunyai ide untuk berjualan somay karena terinspirasi oleh pedagang di Tanggerang yang sering laris ketika berjualan. Dahulu beliau sering berkeliling di sekitar komplek palapa III dan sekitar sekolah. Akan tetapi beliau juga memikirkan jangka panjang, pada tahun 2017 beliau membuat warung santay untuk menikmati somay hasil buatannya. Warung somay-nya berada di daerah 16 C, warung somay tersebut dikelola oleh anaknya yang kebetulan kuliah di STO, dulu modal awal adalah Rp. 40.000. Bahan-bahan yang beliau gunakan adalah: terigu, garam, ikan teri, telor, bawang putih secukupnya, dan bahan bahan isi seperti telor, daging ayam, sosis dan ikan laut. Dalam sehari beliau berjualan dari jam 09.00-17.00 atau 18.00. Dari pertama dagang beliau dahulu pertama dipikul, hampir satu tahun menggunakan pikulan, karena tidak kuat jika terus dipikul akhirnya beliau memilih untuk menggunakan gerobak. Setelah pakai gerobak, dagangan beliau bertambah tambah dengan cimol dan otak-otak.

Sekarang, dengan modal Rp.130.000, masing-masing bahan bisa beliau buat somay 5 kg, cimol 2kg, otak-otak 10 bungkus, minyak goring 1 ½ kg. Sekarang penghasilan rata-rata beliau setiap harinya yaitu sehari Rp.200.000 dengan keuntungan bersih Rp.70.000. Apabila adonan tidak habis terjual, maka sekiranya masih bagus disimpan di kulkas, tetapi jika adonan sudah melembung dibuang. Nah untuk minyak goreng, dalam penggunaannya beliau memakai 3 kali pakai, setelah itu diganti dengan yang baru.