Manjau atau sering disebut juga Nyakai atau juga bisa disebut Nulung dalam bahasa Lampung merupakan suatu kebiasaan masyarakat Kota Metro dalam hal tolong-menolong ketika salah satu anggota masyarakat memiliki hajat atau kegiatan yang bersifat meyelenggarakan suatu acara besar dan mengundang orang banyak. Sesungguhnya adat ini ditiru dari masyarakat di Jawa. Hal ini disebabkan karena Kota Metro merupakan bekas daerah Transmigrasi, yang dimana banyak warganya yang berasal dari Pulau Jawa dan sudah beranak-pinak di Kota Metro sejak puluhan tahun yang lalu. Jika di masyarakat Jawa ini disebut Rewang.
Manjau merupakan suatu kearifan lokal pada masyarakat yang saling bantu-membantu dalam hal misalnya menyediakan masakan buat hajatan, menyiapkan tempat buat hajatan, dan pada waktu acara hajatan itu berlangsung. Untuk ibu-ibunya biasanya datang dua hari sebelum hari pelaksanaan hajatan, mereka mulai menyiapkan makanan buat panitia yang sudah mulai bekerja menyiapkan hajatan. Selain itu mereka juga menyiapkan makanan buat diantar ke tamu yang akan diundang. Sedangkan untuk kaum bapak-bapak dan remaja putranya biasanya sudah mulai bekerja pada 7 hari sebelum hari pelaksanaan acara. Mereka mulai menyebarkan undangan dan mempersiapkan tempat dan tenda buat acara pelaksanaan kegiatan hajatan.
Sedangkan pada waktu pelaksanaan kegiatan semua saling bekerja sama, ada yang bertugas menjadi penerima tamu, ada yang bertugas menjadi pramusaji, ada yang menjadi sapu ranjau, ada yang menjadi petugas parkir, dan sebagainya. Di lain hal, sebelum hari pelaksanaan pun ada hal yang unik pada kebiasaan masyarakat di Kota Metro, yaitu kebiasaan yang disebut lek-lekan atau berkumpul bersama di malam hari sebelum hari pelaksanaan. Lek-lekan itu biasanya ajang kaum laki-laki untuk saling berkumpul, ada yang bermain kartu, ada yang membuat hiasan pengantin, dan juga ada yang hanya ngobrol bareng. Hal ini merupakan suatu ajang dimana saling mengenal antar sesama, dan juga berdiskusi masalah yang terjadi di masyarakat.