Kota Metro merupakan kota kecil yang memiliki jumlah penduduk lebih dari 150 ribu jiwa lebih. Di mana terdapat berbagai macam suku, agama, komunitas, dan ras. Kota Metro merupakan kota yang terletak di tengah-tengah Propinsi Lampung, yang mana Propinsi Lampung merupakan pintu masuk bagi Pulau Sumatra. Keragaman penduduknya bukan merupakan penyebab terjadinya suatu konflik, justru keragaman tersebut pemicu bagi terbentuknya masyarakat yang toleran.
Di Kota Metro ada suatu bentuk kearifan lokal yang hampir sama dengan nilai Gotong Royong. Gotong Royong merupakan suatu kegiatan sosial yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia dari zaman dahulu kala hingga saat ini. sebagaimana yang tertuang dalam pancasila yaitu sila ke- 3 “Persatuan Indonesia”. Perilaku gotong royong yang telah dimiliki Bangsa Indonesia sejak dahulu kala. Gotong royong merupakan keperibadian bangsa dan merupakan budaya yang telah berakar kuat dalam kehidupan masyarakat. Gotong royong tumbuh dari kita sendiri, prilaku dari masyarakat.
Dalam budaya masyarakat Kota Metro ada istilah Otot Gurih, dimana memiliki perbedaan dengan gotong royong. Jika di dalam gotong royong hanya terdapat nilai kerjasama dalam menyelesaikan suatu pekerjaan, di dalam otot gurih tidak hanya menyelesaikan pekerjaan secara bersama-sama tetapi terdapat nilai lebih dari hanya sekedar bekerja sama.
Otot gurih berasal dari dua kata yaitu “otot” dan “gurih”. “Otot” di sini bermakna bagi yang kaum laki-laki bersama-sama mengeluarkan otot atau bekerja untuk melakukan suatu pekerjaan yang menyangkut kepentingan bersama yang ada di lingkungan masyarakat tersebut. Sedangkan kata “gurih” bermakna, bagi kaum wanita bersama-sama membuat hidangan makanan yang mana bahan, alat, dan memasaknya juga bersama-sama. Ketika kaum laki-laki sibuk bekerja misalnya, mengadakan kerja bersama seperti membangun masjid, mushola, membersihkan kampung, membedah rumah warga yang hendak rusak dan sebagainya, di lain sisi kaum perempuan sibuk memasak secara bersama-sama menggunakan bahan makanan yang dikumpulkan dari hasil kebun masing-masing untuk dihidangkan. Ketika pekerjaan kaum laki-laki sudah selesai, maka tibalah saatnya acara makan bersama-sama. Dalam acara makan bersama di situ kumpul semua warga mulai dari yang anak-anak hingga yang dewasa. Mulai dari para pamong hingga warga masyarakat kumpul bersama, itu merupakan ajang di mana segala permasalahan di daerah tersebut dipecahkan. Mulai dari perekonomian, misalnya ada warga rumahnya sudah akan rubuh, maka akan segera diadakan bedah rumah yang dimana didanai oleh seluruh warga. Ada lagi misalnya salah satu warga yang akan menanam padi, maka akan segera dikerjakan bersama-sama lagi oleh seluruh warga.
Otot gurih merupakan salah satu kearifan lokal masyarakat Kota Metro. Kearifan lokal dalam bahasa asing sering dikonsepkan sebagai kebijakan setempat (local wisdom), pengetahuan setempat (local knowledge) atau kecerdasan setempat (local genious). Kearifan lokal juga dapat dimaknai sebuah pemikiran tentang hidup. Pemikiran tersebut dilandasi nalar jernih, budi yang baik, dan memuat hal-hal positif. Kearifan lokal dapat diterjemahkan sebagai karya akal budi, perasaan mendalam, tabiat, bentuk perangai, dan anjuran untuk kemuliaan manusia. Penguasaan atas kearifan lokal akan mengusung jiwa mereka semakin berbudi luhur.
Haryati Soebadio berpendapat bahwa kearifan lokal adalah suatu identitas/kepribadian budaya bangsa yang menyebabkan bangsa tersebut mampu menyerap dan mengolah kebudayaan asing sesuai watak dan kemampuan sendiri. Menurut Rahyono (2009:7) kearifan lokal merupakan kecerdasan manusia yang dimiliki oleh kelompok etnis tertentu yang diperoleh melalui pengalaman masyarakat. Artinya, kearifan lokal adalah hasil dari masyarakat tertentu melalui pengalaman mereka dan belum tentu dialami oleh masyarakat yang lain. Nilai-nilai tersebut akan melekat sangat kuat pada masyarakat tertentu dan nilai itu sudah melalui perjalanan waktu yang panjang, sepanjang keberadaan masyarakat tersebut.
Otot gurih merupakan kearifan lokal yang memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
1. Dikerjakan bersama-sama tanpa membedakan strata yang ada.
2. Menggunakan segala potensi yang dimiliki oleh warga sekitar.
3. Mempererat tali persaudaraan yang ada sehingga terbentuk suatu sistem kemasyarakatan yang baik.
Perbedaan Otot Gurih dengan Gotong Royong ada pada beberapa pengertian makna, walaupun antara keduanya hampir memiliki kemiripan. Istilah gotong royong berasal dari bahasa Jawa. Gotong berarti pikul atau angkat, sedangkan royong berarti bersama-sama. Sehingga jika diartikan secara harfiah, gotong royong berarti mengangkat secara bersama-sama atau mengerjakan sesuatu secara bersama-sama. Gotong royong dapat dipahami pula sebagai bentuk partisipasi aktif setiap individu untuk ikut terlibat dalam memberi nilai positif dari setiap obyek, permasalahan, atau kebutuhan orang-orang di sekelilingnya. Partisipasi aktif tersebut bisa berupa bantuan yang berwujud materi, keuangan, tenaga fisik, mental spiritual, ketrampilan, sumbangan pikiran atau nasihat yang konstruktif, sampai hanya berdoa kepada Tuhan.
Menurut Koentjaraningrat budaya gotong royong yang dikenal oleh masyarakat Indonesia dapat dikategorikan ke dalam dua jenis, yakni gotong royong tolong menolong dan gotong royong kerja bakti. Budaya gotong royong tolong menolong terjadi pada aktivitas pertanian, kegiatan sekitar rumah tangga, kegiatan pesta, kegiatan perayaan, dan pada peristiwa bencana atau kematian. Sedangkan budaya gotong royong kerja bakti biasanya dilakukan untuk mengerjakan sesuatu hal yang sifatnya untuk kepentingan umum, baik yang terjadi atas inisiatif warga atau gotong royong yang dipaksakan.
Dari pengertian para ahli di atas dapat diambil kesimpulan bahwa perbedaan antara Otot Gurih dan Gotong Royong adalah terletak dari kaum wanita yang menghidangkan atau memasak makanan secara bersama-sama juga dengan menggunakan bahan makanan yang mereka bawa sendiri dari hasil panen mereka. Walaupun kadang-kadang di beberapa daerah juga ada yang menghidangkan makanan ketika melakukan gotong royong. Namun di dalam gotong royong tidak disebutkan memasak secara bersama-sama, tetapi di beberapa daerah juga terkadang menyediakan makan untuk dimakan secara bersama-sama yang mungkin makanannya disediakan oleh satu orang saja tanpa dimasak secara bersama-sama.
Mari kita lestarikan budaya Otot Gurih di dalam masyarakat karena semua itu merupakan suatu budaya yang tumbuh baik di kalangan masyarakat Kota Metro.