Menu
Lets Bright Together!

Pagi dan Celana Ku

Aku merupakan anak yang kurang disiplin. Bangun pagi selalu terlambat, kadang-kadang ke sekolah tanpa harus mandi pagi terlebih dahulu. Sarapan pagi merupakan suatu hal yang sudah tidak dikenal oleh perut ku lagi. Begitulah hari-hari ku lalui.
Suatu hari aku bangun terlambat lagi, maklumlah semalam aku menonton televisi hingga larut malam. Sepak bola merupakan acara favoritku dan barcelona adalah klub idolaku. Semalam sang idolaku bermain cemerlang, si Mesi mampu membuat hattrick lagi.
Pagi itu aku bangun pukul tujuh tepat. Dengan kagetnya langsung saja ku ambil baju sekolah dan tas di atas meja belajarku. Tanpa banyak berbuat yang tidak-tidak, kulangkahkan kaki ku ke luar halaman rumah. Sampai-sampai aku lupa berpamitan kepada kedua orang tua ku. Aku pun berlari dengan kencangnya menuju halte tempat bus bersandar.
Ketika di dalam bus tiba-tiba ada yang aneh kurasakan. Ada seorang wanita cantik yang terus menatapku, akupun jadi salah tingkah. Tiba-tiba terdengar suara keras seperti ban meledak dari luar bus. Ternyata benar ban bus yang aku naiki meledak dengan seketika. Tiba-tiba ada salah seorang ibu-ibu berkata dengan ringannya:
“Roman-romannya ada yang tidak mandi ni….”
“Biasannya kalau ada ban mobil yang meledak itu ada penumpangnya yang tidak mandi”
Sontak saja itu membuat aku kaget. Kenapa ibu-ibu itu tahu kalau aku belum mandi, padahal walaupun aku tidak mandi tetapi pakaianku terlihat rapi, serta muka ku pun terlihat tidak kusut.
“Hebat sekali ibu-ibu ini, mungkin dia punya indra keenam?!!”, celetukku dalam hati. Namun dengan santainya aku menjawab:
“ Mungkin bannya yang gundul kali……??”
Akhirnya dengan perasaan menggerutu aku dan penumpang lainnya pun turun dari bus tersebut.
“Sudah terlambat, eh…. malahan meledak juga ban mobilnya.”
“Sudah gitu ketahuan juga kalau tidak mandi.”
“Haduh….. apes sekali aku hari ini”, gumamku dalam hati
Tetapi ketika aku dan penumpang yang lainnya berjalan bersamaan untuk mencari mobil yang lain, ada hal yang aneh terjadi seperti yang pertama tadi. Ada si wanita cantik yang terus memandangiku dengan senyum simpul di bibirnya. Aku jadi terheran-heran,
“Apakah pagi ini aku sudah menjadi orang tampan?”
“Apa aku yang sendiri yang salah persepsi?”, hatiku pun mulai bergejolak.
Namun dengan santainya ku balas senyumnya dengan senyum genit ku, dia pun hanya tertawa saja. Hingga akhirnya sampailah aku di gerbang pintu sekolah. Ternyata gerbang tersebut sudah terkunci rapat, akupun harus berjuang keras untuk merayu sang satpam agar bisa masuk ke sekolah. Belum sempat aku mengucapkan sepatah kata, tiba-tiba satpam itupun tertawa dengan gembiranya. Seolah-olah dia sedang mengejakku.
“Pak….bukakan pintunya dong…!!!”
“Aku terlambat karena ban mobil yang aku naiki tadi meledak”, pinta ku dengan memelas.
Bukannya jawaban yang kudapatkan, malah si satpam terus saja tertawa mengejekku.
“Ha..ha…ha….”
“Joni…Joni…., lagi-lagi terlambat, bosan bapak melihatnya”
“Sudah begitu rel sletingnya tidak tertutup pula, eh….celana dalamnya kelihatan pula, warnanya merah muda pula, ha…ha….”
Dengan kagetnya akupun langsung menutup rel sleting celanaku. Malu sungguh malu rasanya. Berarti dari tadi wanita cantik yang menatapku itu melihat rel sletingku.
“Ya ampun……, sialnya aku hari ini”, gumamku dalam hati.
Akhirnya pak satpam membukakan pintu gerbang sekolah, tetapi dengan syarat harus melapor ke bagian Bimbingan Konseling terlebih dahulu. Dengan perasaan takut bercampur bingung akhirnya aku menghadap ke bagian BK. Aku pun dimarahi, namun akhirnya aku diperbolehkan memasuki ruang kelas dengan membawa surat keterangan dari BK.
Akupun segera menuju ruang kelasku. Dengan perlahan-lahan ku ketuk pintu untuk memberi salam kepada pak guru yang sedang mengajar. Ku tunjukkan surat keterangan dari BK yang menyatakan bahwa aku bisa mengikuti pelajaran yang sedang berlangsung. Tiba-tiba suasana kelas gaduh dengan tawa yang terbahak-bahak dari teman-teman sekelasku. Aku pun bingung apakah mereka menertawai keterlambatanku, atau menertawai rel sletingku yang terbuka lagi. Aku bingung sungguh bingung.
Sambil menutupi rel sletingku aku pun bertanya:
“Apa yang kalian tertawakan?” dengan malunya aku berkata.
Tiba-tiba si Ani berkata:
“Celana belakangmu robek Joni….”
“Dan celana dalammu pun terlihat”
“Joni….Joni….” gumamnya dengan kesal.
Langsung saja tangan ku berpindah tempat untuk menutupi bagian belakang celanaku. Ternyata memang benar, celanaku robek. Mungkin tadi sewaktu aku duduk beristirahat di pinggir jalan celanaku tercantol besi pagar yang ada di tepi jalan.
“Sial lagi…sial lagi…”, gerutuku dalam hati.
Akhirnya akupun hanya bisa duduk diam di bangku yang merupkan tempatku duduk di kelas itu. Bahkan ketika istirahat aku pun tidak bisa jajan di kantin sekolah. Teman-temanpun masih menertawaiku ketika melihat diriku ini.
Sampai akhirnya waktu pulang sekolah pun tiba. Dengan bergegasnya aku keluar kelas, sambil menutupi celanaku yang robek tadi dengan tas yang kubawa. Aku berlari dengan sangat kencangnya, berharap inilah akhir dari kesialanku hari ini.
Ketika memasuki gang rumah ku, aku sangat terkejut melihat ada seekor anjing yang bertubuh besar dan kekar. Sambil mengendap-endap aku pun berkata:
“Anjing….. maaf ya, aku numpang lewat.”
Tetapi apa yang terjadi anjing tersebut justru malah mengejarku. Dengan sigapnya langsung saja ku ambil jurus langkah seribu. Akupun berlari dengan kencangnya, tetapi sialnya lagi sepatu yang kupakai lepas alasnya. Akupun tidak memperdulikannya, aku terus mengayuh derap langkah kakiku sekuat tenaga. Akhirnya sampai juga aku di depan pintu rumahku.
“Sudah…sudah…, pergi sana kau, aku sudah lelah?!” lirihku pun berkata.
Setelah itu kubereskan semua pakaian dan tas sekolahku, lalu mandi untuk melepaskan kepenatanku. Maklumlah aku hari ini sudah banyak mengeluarkan keringat. Setelah mandi ku ceritakan ini semua kepada ibu ku, tapi justru cibiran yang ku dapatkan dari ibu.
“Makanya kalau sekolah itu mandi dahulu dan jangan terburu-buru”
“Jangan lihat TV sampai larut, biar bisa bangun lebih pagi”, ibuku pun memarahiku.
“Sial lagi…sial lagi…”
“Sekarang malah dimarahi ibu”, celoteh ku.
Tetapi di dalam hati aku berjanji tidak akan mengulangi kesalahanku lagi. Aku berjanji akan bangun lebih pagi dan semangat untuk menuntut ilmu di sekolah.