Oleh: Hanwar Priyo Handoko (Pemerhati Pendidikan dan Sosial)
Derma artinya pemberian (kepada fakir miskin dan sebagainya) atas dasar kemurahan hati. Dermawan artinya pemurah hati, suka bederma (bersedekah, beramal) (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, tt: 256).
Berdasarkan pengertian di atas dapat penulis simpulkan bahwa jiwa dermawan adalah seluruh kehidupan batin manusia yang dalam kehidupannya suka berderma atau bersedekah atas dasar kemurahan hati.
Pengertian-pengertian di atas dapat penulis simpulkan bahwa internalisasi jiwa dermawan adalah suatu proses penanaman nilai atau pembinaan yang berupa berderma atau bersedekah dalam diri peserta didik agar mereka dapat merealisasikan kegiatan berderma tersebut ke dalam kehidupan sehari-hari atas dasar kemurahan hati.
Dasar Tentang Dermawan
Artinya: Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha mengetahui. (Al Baqarah: 261)
Berdasarkan Firman Allah SWT dalam QS. Al Baqarah: 261 dapat dijelasan bahwa Allah SWT akan melipatgandakan pahala kepada orang-orang yang memberikan hartanya kepada orang lain sesuai dengan keikhlasannya atau sesuai dengan ajaran agama Islam. Allah melipatgandakan pahala tanpa batas dan tanpa perhitungan.
Dasar tentang dermawan juga terdapat hadits Rasulullah SAW. Aisyah RA meriwayatkan dari Nabi Muhammad SAW, Beliau bersabda :
اَلسَّخَاوَةُ شَجَرَةٌ اَصْلُهَا فِى الْجَنَّةِ وَاغْصَانُهَا مُتَدَلِيَةٌ فِى الدُّنْيَا فَمَنْ تَعَلَّقَ بِغُصْنٍ مِنْهَا مَدَّهُ اِلَى الجَنَّةِ وَالبُحْلَ شَجَرَةُ اَصْلُهَا فِى النَّارَ وَ اَغْصَانُهَا مُتَدَلِيَةٌ فِى الدُّنْيَا فَمَنْ تَعَلَّقَ بِغُصْنٍ مِنْهَا مَدَّهُ اِلَى النَّارِ
Artinya: Dermawan (suka memberi) itu adalah pohon yang batangnya berada di surga dan dahan-dahannya terurai ke dunia. Oleh karena itu, barang siapa berpegang pada dahan itu, maka ia akan ditarik ke surga. Sedangkan kikir adalah suatu pohon yang batangnya di neraka dan dahan-dahannya terurai ke dunia. Oleh karena itu, barangsiapa berpegang pada dahan itu, maka ia akan ditarik ke neraka.
Berdasarkan Hadits Rasulullah SAW di atas dapat dijelaskan bahwa terdapat sifat dermawan dan kikir. Kedua sifat itu diibaratkan pohon yang dahannya terurai ke dalam surga dan neraka. Orang yang memiliki sifat dermawan atau suka memberi akan masuk ke dalam surga. Sedangkan orang yang memiliki sifat kikir akan dimasukkan ke dalam neraka. Jadi jika seseorang yang masih memiliki sifat kikir di dunia akan di masukkan ke dalam neraka. Surga adalah tempat orang-orang yang di dunia memiliki sifat dermawan dan murah hati, bukan tempat orang-orang kikir.
Adab Berderma Harta
Adab atau etika bisa juga disebut akhlak yang senantiasa melekat dalam seluruh amal Islami. Berdermapun demikian, ia tidak dapat berjalan sesuai tuntunan syariat dan tidak banyak memberikan manfaat kemanusiaan jika adab-adab tersebut diabaikan. Adapun yang termasuk dalam kategori adab mendermakan harta, antara lain:
Ikhlas
Yakni bersedekah hanya mengharap ridha Allah semata. Seorang muslim sadar bahwa syariat sedekah menambah banyak manfaat bagi orang lain. Dalam Islam ikhlas merupakan pondasi dari seluruh amal. Tanpanya, bangunan amal tidak mempunyai nilai disisi Allah. Setiap yang hendak beramal pastilah diingatkan oleh para ulama agar mengontrol hati dan meluruskan tujuan hanya Allah semata (Irfan Abdul ‘Azim, 2010: 138). Bersedekah harus memiliki niat yang ikhlas agar tidak menghanguskan pahala atau ganjaran dari sedekah itu sendiri dan mendapat pahala dari Allah SWT sesuai dengan apa yang mereka lakukan.
Secara Sembunyi-Sembunyi
Bersedekah secara sembunyi-sembunyi tertujuan mempermudah kita dalam menggapai keikhlasan. Bagi penerima sedekah, cara ini dapat menjaga kehormatannya dari adanya perasaan rendah diri dihadapan orang lain (Muhammad Muhyidin, 2011: 105).
Adab tersebut membantu meningkatkan keikhlasan dan lebih mendekatkan diri kepada Allah, seraya lebih mudah menghindari riya’ maupun sum’ah. Namun demikian, tidak berarti sedekah secara terang- terangan dilarang. Ketika keadaan menuntut untuk diterangkan agar memotivasi orang lain, maka hal itu tidak mengapa untuk dilakukan ( Irfan Abdul ‘Azim: 140).
Bersedekah lebih baik dengan cara bersembunyi karena lebih dekat dengan keikhlasan tetapi dapat juga secara terang-terangan jika terdapat mashlahat yang lebih besar.
Halal, Baik, dan Engkau Cintai
Harta yang halal mutlak menjadi syarat diterima sedekah. Namun harta yang halal saja belun cukup akan lebih baik harta itu juga baik dan disenangi, sehingga kita merasa berat untuk menyedekahkannya.
Dengan bahasa lain mendermakan dari harta kekayaanmu yang masih baik dan jangan pilih barang yang sudah buruk untuk disedekahkan tanpa mengikutkan yang masih baik. Ini merupakan larangan membatasi sedekah hanya dengan barang yang sudah buruk. Buruk disini bukan barang haram, karena barang haram sama sekali tidak boleh disedekahkan ( Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, 2009: 474). Harta yang diberikan kepada orang lain adalah harta yang memiliki nilai manfaat.
Tidak membatalkan derma (sedekah) dengan mengungkit-ungkitnya dan menyakiti perasaan orang yang menerima sedekah; Contohnya mengungkit-ungkit sedekah adalah seperti ia berkata kepada miskin tadi, “ untung kamu aku beri sedekah, sehingga kamu bisa keluar dari penderitaan” atau ” seandainya tidak aku tolong, kamu termasuk orang-orang yang tersiksa di bumi.” (Syaikh Hasan Ayyub, 2003: 599).
Berderma adalah ibadah sosial karena melibatkan orang lain. Oleh karena itu, sedekah membutuhkan adab yang baik dalam bersedekah terhadap orang lain. Agar si penerima sedekah dapat menerimanya dengan lapang dada dan tidak merasa tersinggung terhadap apa yang diberikan kepadanya.
Macam-macam Perilaku Dermawan
Perilaku dermawan dapat juga diartikan sebagai orang yang suka bersedekah. Adapun macam-macam perilaku orang yang bersedekah atau perilaku dermawan yaitu diantaranya:
Perkataan yang Baik
Bagi seorang mukmin yang ingin memiliki kepribadian yang terpuji, ia akan selalu berusaha berbicara dalam kerangka kebaikan dan kebenaran. Manakala seseorang sudah berbicara yang baik, maka ia telah menunjukkan salah satu manfaat dari keberadaannya sebagai manusia, sehingga berbicara yang baik termasuk dalam kategori sedekah yang pada dasarnya setiap kita bisa melakukannya.
Melakukan Segala Bentuk kebaikan
Rosulullah menekankan sedapat mungkin setiap hari hendaknya bersedekah, untuk melatih jiwa supaya mau berkorban, menolong sesama, terutama fakir miskin. Sekiranya tidak punya harta untuk disedekahkan, maka harus giat bekerja, tidak boleh berpangku tangan. Apabila usaha sudah ditempuh, tetapi belum berhasil, maka berbuat baiklah kepada orang lain dengan cara menolong orang yang memerlukan pertolongan. Jika tidak mungkin atau belum dapat dilaksanakan, maka ajaklah orang berbuat ma’ruf nahi mungkar. Kita juga hendaknya dapat menahan diri supaya tidak melakukan kejahatan atau menyusahkan orang lain ( M. Ali Hasan, 2003: 51-52).
Sedekah biasanya dengan harta tetapi jika tidak mampu segalanya yang berbentuk kebaikan juga merupakan sedekah. Jika tidak mampu maka dapat dilakukan dengan mengajak orang lain untuk berbuat ma’ruf nahi munkar.
Metode Internalisasi Jiwa Dermawan
Metode yang dapat dilakukan agar dapat menginternalisasikan jiwa dermawan diantaranya adalah sebagai berikut:
Memberi Kesempatan Adalah Cara Untuk Melatih Kebiasaan Amal.
Anak-anak secara alami punya naluri untuk membantu orang lain. Yang diperlukan hanyalah memberi mereka kesempatan untuk melatih kebiasaan amal mereka sehingga mereka bisa tumbuh menjadi anak yang baik dan suka membantu sesama,” ungkap Deborah Spaide, pendiri Kids Care Clubs, sebuah organisasi sosial nasional di New Canaan untuk membantu anak-anak yang suka beramal.
Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk membantu orang lain seperti memberikan bantuan secara langsung kepada orang miskin.
Beri Contoh Nyata
Cara yang paling mudah untuk mengajarkan anak untuk berbagi adalah dengan memberikan contoh nyata. Anda tidak bisa sekadar berceramah dengan berbagai cerita-cerita amal saja, tetapi berilah contoh nyata yang bisa ditirunya. “Tak ada salahnya sedikit mengekspos perbuatan baik yang Anda lakukan kepada anak-anak, dan jangan lupa jelaskan tentang perlunya melakukan hal tersebut.
Membiasakan Bersedekah di Waktu Lapang maupun Sempit
Bersedekah dilakukan tidak saja pada waktu kita lapang, namun juga kita lakukan di waktu sempit, karena dengan begitu kita tidak akan pernah lupa kepada siapa kita meminta. Biasakanlah keluarga kita untuk ringan tangan, mudah membantu orang lain, serta tidak pandang bulu. Maka dari itu, kini kita tidak punya alasan lagi untuk tidak mendermakan harta yang dimiliki, mengingat gelar dermawan sejatinya bukan hanya milik orang kaya.
Pengertian Peserta Didik
Menurut UU No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu ( Anwar Arifin, 2003: 34).
Peserta didik juga didefinisikan sebagai orang yang belum dewasa dan memiliki sejumlah potensi dasar yang masih perlu dikembangkan. Potensi yang dimaksud umumnya terdiri dari tiga kategori, yaitu kognitif, afektif dan psikomotor ( Sudarwan Danim, 2011: 2). Peserta didik secara formal adalah orang yang sedang berada fase pertumbuhan dan perkembangan baik secara fisik maupaun psikis. Pertumbuhan dan perkembangan merupakan ciri dari seseorang peserta didik yang perlu bimbingan dari seorang pendidik.
Dari pengertian-pengertian di atas, dapat penulis tarik kesimpulan bahwa peserta didik adalah seseorang yang memilki potensi tertentu yang harus dikembangkan melalui pendidikan dari seorang pendidik.
Bentuk-bentuk Kedermawan pada Peserta Didik
Sebelum membahas mengenai bentuk-bentuk dari internalisasi jiwa dermawan pada peserta didik disini penulis akan membahas secara singkat mengenai peran guru dalam internalisasi jiwa dermawan yaitu sebagai berikut:
Guru sebagai mediator
Guru sebagai perantara dalam hubungan antar manusia. Dalam hal ini ada tiga kegiatan yang dapat dilakukan guru, yaitu mendorong berlangsungnya tingkah laku sosial yang baik, mengembangkan gaya interaksi pribadi dan menumbuhkan hubungan yang positif dengan para peserta didik ( Moh. Uzer Usman, 2002:11).
Guru secara pribadi berperan sebagai pencari teladan
Maksudnya adalah yang senantiasa mencarikan teladan yang baik untuk peserta didik bukan untuk seluruh masyarakat. Guru menjadi ukuran bagi norma-norma dan tingkah laku.
Guru sebagai sentral dan identifikasi diri
Dalam konteks pendidikan mengandung makna bahwa guru merupakan model dan sentral identiikasi diri, yakni pusat panutan dan teladan, bahkan konsultan bagi peserta didiknya ( Muhaimin, 2005:49).
Peran guru dalam internalisasi jiwa dermawan pada peserta didik adalah sebagai mediator yaitu mendorong peserta didik untuk berjiwa dermawan terhadap masyarakat sosial. Selain itu juga guru sebagai tokoh sentral dan teladan dalam internalisasi jiwa dermawan.
Setelah membahas mengenai peran guru dalam internalisasi jiwa dermawan pada peserta didik penulis akan membahas bentuk-bentuk internalisasi jiwa dermawan yang berkaitan dengan peran guru.
Pemberian Nasehat
Mewujudkan interaksi antara pendidik dan peserta didik, nasehat merupakan cara mendidik yang bertumpu pada bahasa, baik lisan maupun tertulis. Cara ini banyak sekali dijumpai dalam Al Qur’an, karena nasehat pada dasarnya bersifat penyampaian pesan (massage/informasi) dari sumbernya kepada pihak yang dipandang memerlukan.
Kisah-kisah tentang kedermawanan para sahabat radhiyallahu ‘anhu, seperti Abu Bakr Ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu yang paling banyak menyerahkan harta dan persahabatannya untuk mendukung Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Juga seperti ’Utsman bin ’Affan radhiyallahu ‘anhu yang membeli sumur Ruumah milik seorang Yahudi dengan hartanya agar bisa diambil airnya oleh kaum muslimin.
Memberikan cerita kepada peserta didik kemudian memberikan nasehat kepada mereka agar termotivasi mengikuti jejak beliau yang selalu berjiwa dermawan.
Pemberian Contoh (Modeling) dan Keteladanan
Keteladanan sebagai suatu metode digunakan untuk merealisasikan tujuan pendidikan dengan memberi contoh keteladanan yang baik kepada peserta didik agar mereka dapat berkembang baik fisik maupun mental dan memiliki akhlak yang baik dan benar. Keteladanan memberikan kontribusi yang sangat besar dalam pendidikan ibadah, akhlak, kesenian dan lain-lain (Armai Arief, 2002:120).
Pemberian contoh-contoh keteladanan diharapkan agar peserta didik dapat mencontoh serta mengikuti keteladanan mereka.
Pengembangan Budaya Berderma di Sekolah
Tradisi dan perwujudan ajaran agama memiliki keterkaitan yang erat, karena itu tradisi tidak dapat dipisahkan begitu saja dari masyarakat/ lembaga dimana ia dipertahankan, sedangkan masyarakat juga mempunyai hubungan timbak balik, bahkan saling mempengaruhi dengan agama. Dalam tataran perilaku, budaya religius berupa: berupa tradisi sholat berjamaah, gemar bersodaqoh, rajin belajar dan perilaku yang lainnya.
Budaya religius sekolah adalah terwujudnya nilai-nilai ajaran agama sebagai tradisi dalam berperilaku dan budaya organisasi yang diikuti oleh seluruh warga sekolah. Dengan menjadikan agama sebagai tradisi dalam sekolah dan ketika warga sekolah mengikuti tradisi yang telah tertanam tersebut sebenarnya warga sekolah sudah melakukan ajaran agama.
Sebagai contoh dalam sebuah sekolah mengadakan suatu program kerja yang dinamakan Teman Asuh. Program itu mereka mengumpulkan sejumlah dana atau uang untuk dibagikan kepada teman-teman di lingkungan sekolah lain, dan lingkungan sekitar sekolah. Teman Asuh sudah menjadi program OSIS dari masa ke masa. Mereka mengumpulkan dana dari para donatur , sponsor, dan orang tua yang ingin berbagi rezeki. Lalu para pengurus OSIS itu mendistribusikannya kepada mereka yang berhak menerimanya. Merekapun langsung ke lokasi dan melihat langsung teman-teman barunya. Mereka saling berkenalan, dan memberikan langsung bantuannya kepada mereka.
Pengadaan program-program yang berkaitan dengan jiwa dermawan diharapkan agar peserta didik dapat terbiasa menanamkan jiwa dermawan ke dalam dirinya dan diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari terutama dilakukan pada lingkungan peserta didik tinggal. Salah satu caranya dengan mengumpulkan uang dan hasilnya langsung diberikan langsung kepada yang berhak menerimanya.
Pengembangan Budaya Berderma di Luar Lingkungan Sekolah
Strategi pembudayaan nilai-nilai agama di sekolah dapat dilakukan melalui tiga cara;
Pertama, power strategy, yakni strategi pembudayaan agama di sekolah dengan cara menggunakan kekuasaan atau melalui people’s power, dalam hal ini peran kepala sekolah dengan segala kekuasaannya sangat dominan dalam melakukan pembudayaan yang dikembangkan melalui pendekatan perintah dan larangan atau reward and punishment yang tertuang dalam Tata Tertib Sekolah, Kedua, persuasive strategy, yang dijalankan lewat pembentukan opini dan pandangan masyarakat atau warga sekolah; dan Ketiga, normative re-educative. Norma adalah aturan yang berlaku di masyarakat.
Pengembangan budaya berderma di luar lingkungan sekolah salah satunya yaitu pengembangan dalam keluarga. Jadikan budaya bersedekah ini budaya keluarga.
Jiwa dermawan bukanlah semata sikap yang tumbuh dengan sendirinya pada diri seorang anak. Namun juga butuh pembiasaan sedari kecil.
Mengajarkan kebaikan pada anak bisa pula didukung dengan menyampaikan berbagai kisah yang benar. Mudah mereka mengingatnya dan membekas dalam hati. Demikian pula dalam hal mengajari mereka agar dermawan. Teladan kita sebagai orangtua. Seorang anak yang melihat orangtuanya senantiasa memberikan kebaikan pada orang-orang yang ada di sekelilingnya, akan lebih mudah dibiasakan untuk bersifat dermawan. Diiringi pula doa kebaikan kita untuk mereka.
Pengembangan budaya berderma tidak hanya dalam lingkungan sekolah saja tetapi dapat juga di luar lingkungan sekolah seperti dalam keluarga yang dibiasakan untuk selalu berderma terhadap orang yang membutuhkan atau tetangga yang membutuhkan pertolongan. Lingkungan main peserta didik juga dapat dijadikan pembiasaan atau melihat langsung tempat-tempat persinggahan seperti panti asuhan atau panti jompo agar peserta didik dapat merasakan kehidupan mereka.