Iqrometro.co.id, di Solo hasil suara pemilukada sudah berakhir, kemenangan ada di nomor urut satu yaitu Gibran Rakabuming Raka atau anak dari Presiden Joko Widodo. Gibran menjadi pemenang, tentu saja tidak wah atau luar biasa karena bapaknya adalah presiden.
Alasan sederhana Gibran menang yang pertama adalah mudah, tentu saja. Dengan link dari pusat, Presiden sebagai bapaknya, masyarakat tentu merasa lebih mudah dalam pembangunan di Kota Solo dimana anak adalah walikota minta apa saja ke bapak untuk Solo pasti langsung acc. Artinya, sudah dipastikan masyarakat akan memberikan dukungan penuh untuk kemenangan Gibran.
Namun, ada juga kejanggalan dalam pemilihan Walikota Solo saat ini. Pertama, semua partai rata-rata beraliansi pada Gibran, pastilah si Gibran akan menang, maka kebanyakan partai melabuhkan dukungan pada Gibran. Kedua, adanya pasangan calon yang menjadi musuh Gibran di pemilukada adalah calon independen.
Pertanyaannya, seberapa kuat calon independen ini hingga berani menantang anak Presiden yang didukung hampir semua partai dan dia hanya calon independen yang diusung rakyat?
Mari kita ulas bersama.
Pesaing Gibran adalah calon independen, Bagyo Wahyono dan FX. Supardjo. Mereka disebut dengan istilah keren Bajo. Mengumpulkan KTP pendukung yang semuanya dari rakyat untuk mengusung calon independen dan verifikasi data yang sangat ketat agar mereka bisa lolos tanpa bantuan partai politik.
Sangat disayangkan, akhirnya terbongkar saat jumlah suara 100 persen sudah masuk di KPU Solo. Harusnya, kekuatan Bajo minimal adalah melebihi suara pendukung yang mendukungnya dalam data faktual verifikasi data KTP. Nyatanya rekapitulasi pilkoada Solo yang sudah berakhir suara Bajo lebih kecil dari jumlah KTP yang sukarela mendukung Bajo saat mendaftar menjadi calon walikota dan bahkan sudah diverifikasi oleh KPU dengan sedemikian ketat dan katanya transparan.
Pasangan Bajo menyerahkan KTP pendukungnya berkisah 60 ribu KTP dukungan dan diverifikasi hingga sah. Dari 60 ribu KTP pendukung, ada 38.831 lolos verifikasi hingga Bajo akhirnya maju melalui jalur independen.
Hasil KPU Selasa kemarin, suara sudah mencapai 100 persen suara, artinya sudah keseluruhan. Pertanyaan yang paling banyak adalah berapa suara Bajo. Nyatanya, Bajo mendapatkan 35.113 suara atau hanya 13,5 persen suara. Gibran mendapatkan suara 225.419 atau 86,5 persen.
Kesimpulan akan kejanggalannya adalah, bukan pada kemenangan Gibran yang sudah dipastikan menang. Melainkan, suara Bajo yang diverifikasi lolos, bahkan semua KTP yang awalnya 60 ribu orang hanyalah permainan, agar seolah Gibran memiliki pesaing dalam Pilkada Solo jadi bukan seolah menang tunggal, melainkan menang kompetisi.
Nyatanya, seperti dagelan sandiwara yang dibuat, dan rakyat dibuat seolah digiring oleh media dan berita. Sebagai tambahan, Ini pertama kalinya, Presiden memiliki anak menjadi Walikota dan menantunya menjadi Walikota juga.
Lalu, rakyat kebagian apa?