Menu
Lets Bright Together!

“INTAN” yang INdah dan Tak terlupakAN

Cinta, ketika kita mendengar, melihat, dan berkata tentang cinta tentu suatu keindahan akan tergambar dalam benak kita. Dua hati yang bersatu dalam cinta biasanya akan bahagia, apalagi bila cinta itu berbalas dengan penuh rasa kasih dan sayang. Tak terbesit sedih dan duka bila semua itu terjadi pada diri kita. Masalah yang ada seakan berlalu dengan pemecahan yang begitu indah. Layaknya siang yang terik namun tercurah rintik hujan yang dimana akan muncul pelangi yang indah dengan beraneka warnanya. Dan juga seperti malam yang gelap gulita namun terpancar cahaya rembulan yang ditemani gemerlapnya sang bintang timur. Begitu indah dan menentramkan hati. Namun mampukah kita sebagai hamba dari yang menciptakannya menjaga semua itu.
Kita harus berhati-hati dengan sepenuh hati menjaga cinta yang kita miliki. Karena apabila kita tidak mampu menjaga keindahan dari cinta tersebut, maka hal itu akan membawa kita pada musibah yang sangat merusak keindahan hidup kita. Layaknya tsunami yang akan meluluhlantahkan palung kehidupan kita. Dari yang tergantung dirinya, tergila dengan narkoba, dan terganggu batinnya. Bahkan yang sangat memilukan adalah ketidak inginan lagi bagi sang pelaku cinta untuk bercinta.
Mengertikah kita tentang makna keindahan dari cinta tersebut? Makna keindahan dari cinta tersebut adalah terciptanya rasa kasih sayang antara pemilik cinta dan sesuatu yang ada di sekitarnya. Coba maknailah kata-kata tersebut yang sengaja penulis ambil dari bahasa Inggris yang universal penggunaanya. “Love” apabila dibaca terbalik dan sedikit direka maka akan terbaca “Evil”. Yang dimana “Love” berarti cinta atau kasih sayang dan hal itu berbanding terbalik dengan “Evil” yang berarti iblis, yang kita kenal dengan sifat jahat dan merusak. Dan sekarang coba kita lihat kata berikutnya dalam bahasa Inggris yaitu “Marry” yang berarti menikah atau telah bersatunya dua hati yang saling mengasihi dalam ikatan suci. Kata tersebut berbeda dengan kata yang pertama, yang dimana apabila dibalik akan menimbulkan makna negative. Kata “Marry” apabila dibalik dan sedikit direka maka akan terbaca “You are me”, yang berarti “kamu adalah aku”. Kata tersebut apabila dibalik masih menimbulkan makna positif.
Sebagai manusia yang mencintai rasa kasih maka mampukah kita memilih cinta yang dapat kita jaga sampai tujuan cinta kita benar-benar terwujud. Bila kita tidak mampu maka janganlah bermain cinta jika cinta itu hanya untuk keindahan sesaat. Jagalah kemurnian cinta kita sekuat kita mampu agar indahnya siang yang diwarnai pelangi dan malam yang dihiasi rembulan selalu dapat kita nikmati sepanjang hayat kita. Serta kita mampu terhindar dari kejahatan iblis yang akan merusak indahnya cinta tersebut. Karena yakinlah bahwa Tuhan selalu bersama kita untuk memberikan cinta yang sejati yang akan menghiasi kehidupan kita.

Cerita ini diawali dengan ungkapan untuk “Sang Little Angel”.
“There is a beggary in love that can be recognized”
Dalam makna Indonesianya ada seorang pengemis dalam cinta yang dapat diperhitungkan.
Penulis mencoba untuk memaknai dengan: ada seorang pengemis; yang mana pengemis itu bermakna seseorang yang serba kekurangan. Ada yang berkudis, tidak punya kaki atau tangan, matanya buta dan sebagainya. Namun, pengemis ini lain daripada yang lain yaitu pengemis dalam cinta yang dapat diperhitungkan, karena dia yakin dia punya sesuatu yang orang lain tidak punya, sedangkan dia punya semangat untuk memperjuangkan cintanya sampai terwujud.
Sama seperti cerita ini bersemangat tapi juga sedih. Dari seseorang yang pendiam dan kurang bergaul. Dari seseorang yang dicibir terus-menerus karena tidak punya cinta dan mungkin malu karena tidak punya teman wanita, semua temannya laki-laki.
Dan diri inipun mulai berpuisi:
Rindangnya malam bergelanyut
Melalui diri yang selalu sunyi
Hitam berdenyut
Untukmu yang Maha Suci
“Berilah Aku Peri yang Baik Hati”
Memang terkadang malu diri ini selalu meminta tetapi tidak pernah memberi atau mengabdi. Namun memang sungguh Maha Adil dan Maha Bijaksana. Tak lama dari puisi itu tercipta muncullah Sang Kekasih yang diberi nama ‘Little Angel”.
Melihat kembali kisah cerita perjalanan hatiku ini pada masa aku duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama. Ada seorang gadis cantik nan jelita mencoba masuk ke dalam hati ini. Pintar, cerdas, berwawasan luas, berada dan juga rupawan. Kuberi nama dia “yang INdah dan Tak terlupakAN”.
Begitu banyak harapan yang diberikan, begitu banyak basa-basi yang kulewatkan, dan begitu bodoh diri ini melewatinya.
“Kenapa Aku tak mencobanya!!??”, dalam diri ini selalu meronta penuh dengan penyesalan.
“Toh hanya cinta moyet, cinta yang bisa dikatakan hanya untuk kesenangan belaka”, kembali diri ini berteriak dalam hati.
“Aaagghhh…. Mahluk apa aku ini, Cipet. Cipet…….”, hati ini terus bergeming.
Akupun tidak tahu, apakah ini takdir Tuhan ataukah memang diri ini yang penakut untuk memulainya. Dan semua itu sekarang hanya menjadi cerita sejarah hidup ini belaka.
Tetapi dalam diri ini selalu berharap semoga dia tidak melupakan diri ini jika suatu saat nanti kita bertemu dan juga sebaliknya semoga diri ini juga tidak melupakan yang anggun di sana.
Terkenang bait lagu yang pernah dinyanyikannya:
Tetaplah menjadi bintang di langit
Agar cinta kita abadi
Biarlah sinarmu tetap menyinari alam ini
Agar menjadi saksi cinta kita
Berdua…..
Terkenang indahnya tutur kata, kecerdasan yang pernah singgah, dan keanggunan yang pernah tercipta.
Dan terkenang angka 15-7-08’
Dialah seseorang yang pertama kalinya yang pernah mendebarkan jantung ketika bertemu dan sampai sekarang itupun masih misteri, kenapa hal tersebut bisa terjadi pada diri ini? Dan mengapa sebegitu hebat itu terjadi? Aku pun tak tahu jawabannya.
Untuk “yang INdah dan Tak terlupakAN”, mungkin ini puisi penggambaran hati untuk mu yang di sana:
Usdek,
Jembatan terbentang antara Dullah dan Kei Kecil membelah timur barat.
membantuku melihat fajar dan senja dalam jelasnya.
Sedang aku penikmat Fajar,
menikmati geliat sinar yang lembut menjadi terang perkasa.
Setiap upaya yang mengucur dalam peluh.
Yang Nyata.

Sedang kau penikmat Senja,
yang lembut mengucap selamat tinggal pada dunia,
perlahan surut tergantikan indah yang membawa lelap.
Penuh Harap.

Apakah benar Fajar dan Senja bertentangan, bukankah sesungguhnya mereka berhadap-hadapan?,
dalam waktu yang berlainan pula.
Tak perlu punggung bertemu punggung untuk menikmati Fajar dan Senja.
bahu dan bahu menikmati fajar, bahu dan bahu menikmati Senja.
dan aku penikmat Fajar yang menyaksikan nikmat Senja.
Indah.
(ADJ, Tual, 10 Agustus)
Semua berlalu detik demi detik dan hari demi hari, begitu cepat secepat kilat menyambar bumi. Terkenang semua kenangan yang telah berlalu semoga ini semua menjadi pelajaran bagiku. Kisah indah di masa lalu waktu aku menjadi setetes keringat yang mengalir di tubuh yang lelah yang tak tahu harus berbuat apa. Semua milik Mu yang Maha Berdaya dan Maha Kuasa.
Bergerak perlahan ke depan dengan tidak melupakan yang berlalu.
Sekolah Menengah Atas, itulah tempat untuk cerita selanjutnya. Semua berbeda, semua berubah. Aku lebih terdepresi, lebih tertekan dan lebih menjadi seseorang yang passive. Tidak banyak bergaul, tidak suka selalu dalam kondisi bersekolah. Saya lebih suka bermain dengan rekan-rekan di rumah. Prestasi di sekolahpun tidak ada sama sekali. Sudah mulai jarang tidur di rumah. Nongkrong di pinggir jalan, merokok, dan pulang pagi itu sudah merupakan rutinitasku setiap hari. Mulai berani mebantah orang tua. Tetapi Alhamdulillah masih terhindar dari budaya dugem dan minum-minuman keras.
Di masa-masa itu aku bercita-cita masuk kelas sains, tetapi semua itu hanyalah tepukan sebelah tangan yang tak mungkin terjadi. Aku hanya terpuruk di kelas sosial dan itupun kelas yang paling buncit dengan orang-orang yang serba kurang.
Mengapa kehidupan seperti ini, tak pernah terkuak manis. Aku hanya mampu bertanya dalam hati dan kadang-kadang hanya hati ini juga yang menjawab.
Terkenang kisah cerita cinta yang pernah ada. Berawal dari ditantang oleh kawan untuk berani mengungkapkan rasa cinta. Akupun mulai tertantang, kuberanikan mengungkapkannya dengan mencoba menghampirinya. Kudekati dirinya dan kuungkapkan perasaan cinta, walaupun sesungguhnya aku tidak cinta. Semua teman sekelas tertawa melihat tingkahku. Namun dalam diri ini meronta, “Betapa bodohnya aku, berani mempermainkan seorang wanita.”
Ku tembak Dia tapi tanpa rasa tulus dan sungguh-sungguh. Hanya untuk memenuhi egoku saja supaya tidak malu dibilang banci oleh kawan-kawan. Kejam sekali memang, tetapi itulah kondisinya. Padahal si Dia baik sekali orangnya. Pernah ketika aku sakit cacar, yang bisa dikatakan semua orang akan enggan untuk mendekatiku, tetapi berbeda dengan dia. Dia dan teman-temannya mau menengok ke rumahku. Dia dan kawan-kawanya datang dengan perasaan penuh keakraban tanpa mengabaikan sakitku yang bisa dikatakan sangat menular dan menjijikkan. “Sungguh luar biasa”, hati ini hanya bisa berkata.
Dosa sekali diri ini telah mempermainkannya.
Kejam dan sungguh kejam.
Aku bukan lelaki yang sesungguhnya.
Setelah waktu semakin lama terus berlalu, kejadian itu membuatku serba salah jika bertemu dengannya. Kucoba pandangi, renungi, dan ternyata dia cantik juga. Berparas manis, sederhana, berjiwa muslim dan tidak aneh-aneh tingkahnya. Diakui ataupun tidak diakui akhirnya diri ini merasa tertarik juga. Ingin rasanya mengungkapkan perasaan ini dengan tulus dan sungguh-sungguh kepadanya, tapi dasar memang mungkin namaku Dini jadi terlalu banci aku untuk melakukannya lagi dengan benar.
Terdiam terkerut…
Malu tapi mau
Semua sudah terlambat
Aku memang Kijang Jalang
Yang lari tunggang langgang tanpa arah
Tetapi diam ketika terang datang
Menyesal juga akhirnya aku, tidak mengungkapkan perasaan itu dari hati yang tulus. Coba seandainya itu tulus, hilang sudah kesendirian yang pernah ada. Tapi mungkin ini sudah takdirku. Aneh sungguh aneh kurasakan. Terkadang ingin keluar dari rasa seperti ini.
Teriring puisi yang ada:
Manggut terkerut
Tertatih dan perih
Terkuak tapi ingin muak
Berderit tapi tak menjerit
Peluh dan luluh angkuh
Bergerombol selalu menyenggol
Tak berani meski ria nyali
Kering mencoba mengiring
Lupa duka
Ingat lara
Pergi……pergi……
Karena aku tak kuat lagi…….
Sekarang datang di dinding face book. Gadis kecil manis bersahaja menggandeng peri kecil imut dan ceria, dengan bingkai foto keluarga kecil nan bahagia. Mungkin itu hikmah dari kekurang ajaranku terhadap orang yang baik dan tak pernah jahat terhadap diri ini. Yang dulu kupermainkan akhirnya sekarang sudah termiliki. Dalam diri ini hanya penuh penyesalan dan berdoa semoga engkau yang di sana memaafkan kesalahan yang pernah ada dan bahagia dengan kehidupan yang tengah kau jalani. Hanya tinggal cerita pilu yang mengiringi, tapi biarlah semoga ini menjadi pelajaran bagiku untuk selalu menghargai wanita. Semoga hal ini dapat juga menghapus kesalahan yang pernah terukir di atas diri ini.
Seperti memahat di atas kayu
Jika salah atau keliru
Sulit untuk mengembalikannya
Mungkin hanya bisa mengarahkannya
Kembali membentuk ukiran baru
Dan berharap menemukan pola baru kembali
Dosa, benar-benar dosa, menangispun sudah terlalu malu air mata ini menetes. Kadang terbesit ingin bersua untuk memohon maaf yang mungkin tak termaafkan. Seandainya waktu bisa ku putar kembali ingin hati berbuat yang terbaik. Semoga ini semua menjadi pelajaran dalam hidupku, yang tak akan ku ulangi lagi walaupun hanya niat di hati.
Running Water
My feeling like running water
It makes music from beauty and peace
Not darkness
My eyes look a blossom
In early morning with sun rise
Not sadness
Thanks for moment
To stay with you
The beauty and sweetie
Bait kata-kata itu untukmu yang di sana. Aku tak pernah tahu kapan engkau membacanya. Tetapi aku yakin suatu saat nanti engkau membacanya, walaupun tidak di dunia ini mungkin di surga sana kau akan membacanya. Karena memang pantas engkau memiliki kehidupan surga yang penuh kebahagiaan. Dan biarlah aku saja yang menikmati panasnya api neraka, karena memang pantas aku menerima neraka. Biarlah engkau menjadi bunga yang wangi di surga sana bersama kenikmatannya, dan biarlah aku menjadi kayu bakar dari bara api neraka.
Hari berganti hari dan bulanpun berganti bulan setelah aku menyelesaikan masa sekolahku maka kulanjutkan untuk menimba ilmu di suatu Perguruan Tinggi Negeri di kotaku tempat tinggal. Dengan menatap ke depan dan penuh harapan perubahan. Ku yakinkan diriku ini untuk terus melangkah dengan segala kekuranganku.
Alhamdulillah saya bisa masuk ke Perguruan Tinggi yang negeri dan berbasis agama. Selain mendapat ilmu umum saya berharap akan mendapatkan juga ilmu agama.
Ku awali dengan sebuah puisi:
Sepatah udara terhembus
Memendar di kesunyian
Hampa….
Kucoba membuka luka
Mengisi hati di diri
Melempar senyum
Membuka mimpi
Mencoba tertawa
Tuk membuka hampa
Terima….
Kasih..
Terima kasih….
Seperti menemukan jati diri yang hilang. Dan juga seperti tersadar dari rasa sombong yang angkuh. Dulu diri ini yang selalu disanjung dengan segala kelebihan. Sekarang tersadar akan banyak hal yang kurang. Karena di tempat ini banyak orang-orang yang dahulu di bawahku sekarang mereka melenggang di atas ku jauh. Roda dunia telah berputar. Mungkin ke atas atau mungkin juga ke bawah, atau mungkin ke arah mana yang aku sendiri tak tahu. Semoga perputaran roda kali ini tidak membuatku semakin terpuruk jauh ke dasar jurang kenistaan dunia. Biarlah dulu aku ini nista tapi semoga kali ini aku lebih bahagia.
Bahkan sekarang bisa dikatakan mereka di kasta atas dan aku berda di kasta bawah. Semua berputar sesuai dengan ketetapan yang ada. Namun aku merasakan mungkin di sinilah tempatku. Di tempat ini cukup lama aku terhindar dari yang namanya cinta. Masih seperti dahulu yang hanya memuja tetapi tidak berani berkata. Banyak wanita cantik nan anggun yang suka tetapi ternyata masih sama seperti yang dahulu. Aku malu dan tak punya nyali sehingga mereka pergi begitu saja.
Dalam rangkaian kata-kata ini termaknai itu semua:
Seperti mengukir di atas air
Layaknya ombak yang tak berpantai
Seperti bertepuk sebelah tangan
Sia tersisa sia
Lupa diri ingatpun hilang
Indah jika berbuah
Semoga…
Semoga…
Diri ini hanya berharap semoga sadar akan yang tak benar, tahu diri dengan berhati-hati. Karena kali ini aku tidak bermain-main tentang hati. Itu semua karena aku sudah sadar benar bahwa sekarang bukan untuk bermain-main pada cinta, tetapi sudah harus berperan dalam cinta. Teringat umur yang sudah semakin tua, teringat perkataan sahabat yang berujar “Bukan mencari pacar, tetapi mencari istri.” Jadi itulah alasanku untuk tidak bercinta, bukan lagi takut atau malu. Walaupun kadang-kadang rasa itu masih muncul dan selalu membayangi. Aneh benar memang kurasakan.
Hidup ini layaknya hukum kausalitas yang di mana semua perbuatan kita akan berimbas pada kehidupan berikutnya. Jika kita mampu membawa hidup kita ke jalan yang baik, maka seharusnya kehidupan kita ke depan akan baik juga.
Sedikit memperpanjang cerita, disinilah aku mulai banyak menerima pengalaman hidup. Bukan lagi pengalaman hati, tetapi bertambah pengalaman yang lain juga.
Di masa ini untuk mengurangi rasa letih hati aku mendapat pengalaman baru dalam hidup. Sempat bejualan Koran selama dua tahun. Setiap pagi kubunuh dingin dan sunyi untuk memacu motor yang ada. Kususuri tiap sudut kota untuk menghantarkan Koran.
Pada waktu itu ada pengalaman yang tak terlupakan, yaitu ketika bertemu dengan seorang kawan yang telah menjadi seorang polisi. Kebetulan pada waktu itu saya mengantar Koran tepat di samping pos polisi tempat dia berjaga. Pada waktu itu hujan turun amat derasnya, sehingga sebagian koranku basah. Dan ketika kami saling bercengkrama untuk beberapa menit, langsung kucoba untuk menawarkan Koran. Koran yang kuberikan sedikit basah karena terkena hujan.
Namun apa yang terjadi, ternyata dia menolaknya dan berkata, “Sudah dijual aja nanti kamu rugi.’
Langsung saja terbesit sedih dalam diri ini. Ternyata teman yang dulu berada jauh di bawahku secara prestasi, sekarang sudah bisa berkata yang seperti itu kepadaku. Sungguh miris rasanya, tetapi begitulah adanya. Walaupun kawanku tersebut sebenarnya merasa iba kepadaku. Memang dari dahulu dia adalah sahabatku yang selalu baik terhadapku. Beberapa kali dia telah membelaku dalam beberapa permasalahan yang kuhadapi. Dan aku bersyukur ternyata dia masih ingat kepadaku, meskipun kondisi telah berubah seratus delapan puluh derajat dari yang terdahulu.
Kuuntai kata-kata lagi tentang hati ini:
Seberkas embun pagi
Hinggap di kuncup daun
Bening putih dan suci
Di tempat yang anggun
Sebentar terhanyut angin
Terpercik mentari
Turun berputar lain
Melintas ke bumi
Diri yang dulu raja
Kini turun ke jelata
Menerka-nerka
Mencoba untuk menerima
Niat
Ikhlas
Sadar
dan Tawakal

Dahulunya kawanku tersebut jauh berada di bawahku secara prestasi, namun sekarang di bisa menjadi aparat penagak hukum di lingkungan pemerintahan, sedangkan aku hanya tukang loper koran yang selalu menahan dingin di pagi hari demi untuk mencari sesuap nasi. Miris sungguh miris rasanya.
Di cerita berikutnya, selain menjadi loper koran aku juga menjadi guru honorer di sekolah swasta. Demi mencukupi hidupku di bangku perkuliahan ku coba untuk melamar pekerjaan lain selain loper koran. Ku coba untuk mendaftar menjadi seorang guru di salah satu sekolah swasta di kota tempat tinggalku. Selain itu untuk mengaplikasikan ilmu ku, karena kebetulan jurusanku merupakan jurusan keguruan.
Beruntungnya aku di terima di sekolah tersebut. Jadi sekarang statusku seorang guru honor swasta. Walaupun dengan gaji yang sangat minim yaitu duapuluh dua ribu rupiah perbulan. Tetapi aku harus terus semangat walaupun kondisi seperti itu. Karena lumayan selain untuk membunuh waktu luangku, aku juga dapat pengalaman mengajar yang tak kudapat di tempat aku belajar. Sambil menyelam sambil minum air susu, itu kata pepatah. Sambil cari pengalaman sambil dapat masukan.
Kembali ke cerita hati. Yang selalu mengajari aku tentang makna cinta ini.
Cerita ini berawal dari Perguruan Tinggi tempat aku menimba ilmu. Di akhir masa-masa perkuliahan ada sebuah program kerja nyata ke suatu desa dari lembaga tempat ku berkuliah. Kebetulan Saya dan si Dia satu kelompok dan satu penempatan. Hari demi hari selalu melakukan aktifitas bersama-sama dengan rekan-rekan yang lain. Makan bersama-sama, bekerja bersama-sama, bermain bersama-sama, dan semua serba bersama-sama selama empat puluh hari lamanya. Dan perasaan itupun mulai muncul seiring dengan kebersamaan kami.
Dia begitu manis, berkepribadian muslim, dan sangat perhatian dengan diri ini. Saling bertukar sms ketika bangun tidur dan begitu juga ketika akan tidur. Sungguh pengalaman hati yang belum pernah kurasakan sebelumnya. Dia sangat pandai untuk menarik hatiku.
Sampai suatu saat ketika banyak sekali cucian baju kotorku, si Dia pun menawarkan diri untuk mencucinya. Pertama-tama sih risih tetapi lama kelamaan terbiasa juga, karena aku memang sebenarnya anak manja yang selalu dicucikan baju sama ibuku. Tetapi demi membalas kebaikannya suatu saat ketika sepeda motor yang digunakannya kotor karena kehujanan, akupun mencoba menawarkan diri untuk mencucinya. Soalnya ketika itu kebetulan aku juga sedang mencuci sepeda motorku. Hitung-hitung untuk berbalas kebaikan dengan si Dia.
Setiap hari selalu kuperhatikan detail demi detail kehidupannya. Mulai dari cerita hidupnya sampai tingkah laku sehari-harinya. Dia begitu cerdas dan sangat mandiri. Sebenarnya Dia tidak terlalu cantik tetapi ada sesuatu yang mampu memikat hati ini untuk selalu ingin dekat dan lebih dekat dengannya.
Lembar manis terukir
Di atas bumi yang hampir gersang
Berbeda dengan ukiran lama
Tetapi masih penuh Tanya
Mungkinkah kau itu peri
Atau bidadari yang datang
Yang hanya untuk menguji
Kekuatan hati ini
Si kecil nan manis ku memanggilnya dalam tenangku. Berharap Dialah yang akan mengisi kesendirianku. Karena sepertinya hatiku sudah mulai meraskannya. Teringat akan sebuah hukum kekekalan masalah.
“Masalah itu tidak akan pernah selesai dan menghilang, namun masalah hanya berubah bentuknya”

Layaknya hukum energi yang menyebutkan bahwa energi tidak akan mati atau musnah, namun energi hanya berubah bentuk. Sadarkah kita akan hal tersebut? Dimana ketika kita mempunyai masalah kita akan selalu mencoba untuk mencari jalan penyelesaiannya atau bahkan kita akan selalu mengeluh dan mengeluh karena tidak kuat menghadapinya. Disadari atau tidak masalah yang kita hadapi tidak pernah habis-habis menghantui kita. Namun jika kita sadari masalah itu muncul akibat perubahan bentuk dari masalah kita sebelumnya, karena masalah tidak akan pernah selesai dan menghilang.
Pada suatu kasus kita menjumpai seseorang mempunyai masalah untuk mencari jodoh. Seseorang tersebut mencoba untuk menemukan jodoh yang diidamkannya. Ketika jodoh tersebut ditemukan bukan berarti masalah yang dihadapinya selesai. Di lain pihak ternyata setelah berjodoh hingga akhirnya menuju ke jenjang pernikahan, seseorang tersebut menghadapi permasalahan baru yaitu menjaga pernikahanya agar tetap dalam keadaan yang harmonis.
Begitu pula seorang pelajar ketika dia menghadapi soal yang sangat rumit dan akhirnya dia mampu menyelesaikannya dengan baik. Namun di lain pihak dia menghadapi permasalahan baru yaitu mampukah dia menjadi yang terbaik di kelasnya, jika kawanya juga mampu menyelesaikan soal tersebut dengan baik.
Disadari atau tidak dari permasalahan di atas, masalah kedua muncul karena kekekalan masalah yang pertama. Masalah yang pertama hanya berubah bentuk menjadi masalah yang kedua. Masih banyak lagi permasalahan yang lain yang tidak akan pernah habisnya. Dalam salah satu kitab suci ditulis bahwa: “Mintalah pertolongan kepada Tuhanmu dengan sabar dan doa”. Dalam hal tersebut kita dianjurkan untuk meminta pertolongan atas permasalahan kita kepada Tuhan dengan sabar dan doa. Kata sabar tersebut mengisyaratkan bahwa kekekalan akan permasalahan itu memang benar adanya. Karena kata sabar tersebut mengandung makna kekuatan untuk menghadapi sesuatu yang tidak akan pernah selesai dan menghilang. Setelah kita mampu bersabar kita dianjurkan untuk berdoa, dimana disitulah kekuatan yang sesungguhya untuk menghadapi permasalahan yang kekal adanya. Sedangkan dalam coretan dindingnya Salahudin Al-Ayubi menulis bahwa: “Ketika kita membutuhkan kebijaksanaan Tuhan memberi kita permasalahan untuk dilalui”. Dalam hal ini tersirat bahwa dengan permasalahan Tuhan akan memberikan kebaikan kepada kita yang kita tidak mengerti bagaimana bentuknya.
Dari suatu agama juga ada yang mengisyaratkan akan reinkarnasi. Di mana orang yang sudah mati akan dihidupkan kembali dengan jasad yang berbeda dari jasad yang sebelumnya. Dalam hal ini orang tersebut dihidupkan kembali untuk menebus segala kesalahan yang pernah di hadapinya sebelumnya. Sehingga dia akan terus menerima akibat dari perbuatan yang telah dialaminya sebelumnya. Sehingga agama tersebut mengajarkan penyucian jiwa untuk menggapai nirwana dengan tidak melakukan hal-hal yang di larang. Tetapi di sini terisrat bahwa sesungguhnya masalah tersebut akan muncul kembali walaupun dengan bentuk yang berbeda.
Dengan memahami hukum kekekalan masalah semoga kita mampu menjadi orang yang bersabar dan lebih bijaksana dalam menghadapi masalah yang ada. Semakin kita memahami hukum kekekalan masalah maka akan semakin mudah kita melalui suatu masalah dan lebih siap untuk menghadapi masalah baru yang akan menggantikan masalah lama. Dan jangan takut menghadapi masalah karena masalah adalah anugerah yang indah yang tidak akan pernah lelah menjajah kita yang lemah.
Kembali lagi ke cerita hati yang kualami, yang kali ini agak sedikit berbeda dari cerita sebelumnya. Kali ini aku mulia berani mengungkapkan perasaanku, dan ku berharap aku akan lebih serius untuk hubungan yang kali ini.
Di akhir program Kuliah Kerja Nyata yang kuikuti aku coba untuk memberanikan di untuk lebih dekat dengan si Dia. Ku coba lebih sering bertemu walaupun terkesan sembunyi-sembunyi dan tidak banyak kawan lain yang tahu.
Ku beranikan diri untuk me’nembak’nya. Dan ternyata aku diterima. Kebahagianpun menghampiriku saat itu. Hingga tercipta kata-kata berikut ini:

‘Fall in love because you “My butterfly”’
You…..
You’re same with butterfly….
Always fly when I approached…..
Always closer if I stay away…..
Do you know
Although heat stung me
Despite the rain hit me
I still hold out waiting for you
From here I can only look at you
Here I can only crave you….
Missed you….
Expecting you
And still here for me
Forever together with you
My butterfly……..

Hilang sudah statusku yang jomblo. Dimana aku selalu jadi bahan ejekan teman-temanku. Karena aku ini kalau bermain selalu dengan anak laki-laki. Bahkan untuk menghadiri sebuah acara pernikahanpun aku bersama teman lelaki. Yang menurut mereka itu tidak layak dan tidak lazim. Sungguh orang-orang itu sangat keterlaluan dalam memahami diriku ini yang begini adanya.
Sampai-sampai ada suatu cerita ketika aku dan teman laki-laki sebayaku pergi untuk menghadiri acara pernikahan. Pada waktu itu kami iuran untuk membeli kado buat sang pengantin. Maka berangkatlah kami berlima yang semuanya laki-laki tadi ke acara tersebut dan kebetulan aku dapat jatah untuk membawa kado. Sungguh malang apa yang terjadi ternyata ketika kami bersalaman dengan para penerima tamu, semua orang tertawa melihat diriku yang membawa kado.
Pertama-tama aku tidak heran dan tidak tahu maksud tertawaan mereka semua. Sampai ada salah satu orang dari penerima tamu tadi berkata:
‘Mas kalo bawa kado itu biasanya anak perempuan, sampean mana pasangan perempuanya?
Dengan perasaan malu dan bercampur dengan marah langsung saja aku menjawab:
‘Pasangannya masih di neraka pak!!’
Langsung sontak orang-orang tadi terdiam semua. Seharusnya mereka berpikir bagaimana perasaannya jika mereka menjadi aku. Tetapi dengan hati yang mulai tenang aku hanya berkata dalam hati: ‘Biarlah anjing menggonggong kafilah tetap berlalu’. Karena aku sekarang udah tidak jomblo lagi. Aku sudah punya tambatan hati yang memang tidak aku expose ke orang lain.
Hari demi hari kulalui dengan perasaan cinta yang masih membara. Maklum masih baru. Aku sering main ke rumah si Dia, walaupun yang dikatakan sangat jauh dari tempat tinggalku. Dan jalan ke rumahnya pun dapat dikatakan sangat rawan.
Pernah pada suatu saat saya nekat ke rumahnya sore menjelang malam. Saya pun berbohong dengan orang tua saya untuk pergi ke sana. Saya berpamitan mau main ke rumah kawan yang tidak terlalu jauh rumahnya. Demi cinta akhirnya saya nekat juga ke sana dengan segala resiko.
Tidak hanya keluar malam tapi kami juga sering keluar sore hari. Biasalah hang out sore gaya anak muda. Muter-muter kota sambil gandengan berduaan. Pokonya dunia serasa milik saya dan dia saja.
Hubungan kami berlangsung hanya dalam waktu enam bulan. Karena setelah itu ada keretakan antara kami. Masalah itu pun muncul dengan tak terduga. Begitu saja datangnya dan menghancurkan semua kebahagiaan yang ada.
Si dia ternyata sudah di jodohkan dengan orang lain. Lelaki lain yang lebih mapan dan lebih tampan dari saya. Dan yang lebih memperparah keadaan ini adalah si dia tidak bisa menolak perjodohan tersebut. Dia harus menerima walaupun sesungguhnya si dia pun masih sayang sama saya, menurut sepengetahuan saya.
Hingga suatu hari kami bertemu, dan mungkin itu adalah pertemuan terakhir kami. Kami bertemu di salah satu rumah teman dekat kami, yang mana mereka juga mengetahui permasalahaan kami. Di sana saya mendengarkan penjelasan si dia mengenai permasalahan yang ada. Sambil berderai air mata si dia menjelaskan semua dan yang paling mengejutkan saya adalah si dia mengajak larian saya. Betapa kagetnya saya mendengar perkataannya. Namun dengan ketegaran yang tersisa dari diri ini sayapun memutuskan untuk tidak menurutinya. Saya putuskan untuk saya yang mundur. Walaupun dengan perasaan yang hancur luar biasa di diri ini.

Mengemis pengemis
Memanis miris
Menangis tetapi meringis
Soalnya tak tahu bengis
Jahat mungkin jahat
Ulat bulu tak tau malu
Mati biarlah mati
Karena aku memang sudah mati

Baru ini kurasakan betapa hebatnya tsunami ketika menghantam relung hati yang lemah. Kepala bergetar, mata meleleh, luluh lantah perasaaan ini. Seperti orang hidup yang tak mengerti arah dan tujuannya. Maklumlah baru pertama kalinya saya merasakanya. Dan mengapa semua itu terjadi ketika kebahagiann baru tercipta.
Saya mencoba untuk menghibur diri dengan tidak terpancing dengan godaan napza. Ku coba mengayuh sepeda motor ku setiap sore berkeliling kota. Mencoba melepaskan penat yang ada, sambil mencoba melupakan si dia. Membuang semua kenangan yang pernah diberikannya. Mulai dari foto hingga barang-barang yang pernah diberinya. Kubuang, kubakar, dan kuhapus dari pikiran ini.

Sudah lupa
Sudah hilang
Sekarang lupa
Sekarang hilang
Alhamdulillah……..
Sambil mencoba melupakannya, akhirnya saya mendapat tawaran dari orang tua untuk melanjutkan kuliah saya ke Pulau Jawa untuk jenjang yang lebih tinggi lagi. Dengan senang hati sayapun menerimanya.
Pada waktu itu pada pertengahan tahun, saya berangkat merantau ke Pulau orang yang belum pernah sebelumnya saya ke sana. Di sana saya mencoba mendaftar ke sana ke mari di perguruan tinggi yang ada. Dari tiga perguruan tinggi yang saya daftarkan akhirnya ada satu yang mau menerima saya.
Akhirnya sayapun melanjutkan pendidikan saya di perguruan tinggi yang jauh dari kota tempat tinggal saya. Bahagia bercampur sedih. Kenapa bahagia? Karena saya bisa meninggalkan jauh kenangan pahit yang pernah saya alami di kota tempat tinggal saya. Kenapa sedih? Karena ternyata sayapun masih belum bisa meninggalkan semua itu yang sudah terlanjur terekam di dalam memori pikiran ini. Saya pun tidak tahu mengapa bisa seperti ini.
Di negeri orang itu akhirnya saya juga menemukan wanita yang selalu menggoda saya untuk bercinta lagi. Padahal kenangan yang lama pun masih membuat saya trauma untuk mengulanginya.
Saya berusaha untuk tetap datar menanggapinya, tetapi saya juga berusaha untuk tidak menyinggung perasaannya. Soalnya saya sudah berjanji untuk tidak akan menyakiti wanita lagi.
Hari demi hari saya terus berhubungan dengan wanita tersebut. Mulai dari makan bareng hingga pergi berlibur bareng, tapi semua itu kami lakukan hanya sebatas teman. Tidak pernah ada ikatan yang mengikat kami seperti hubunganku dahulu.
Wanita itu baik dan juga perhatian. Selalu manja dalam berbagai hal. Sempat terbesit dalam hati ini, apakah ini akhir dari penderitiaanku selama ini. Tetapi dalam hati ini berusaha tetap tenang dan tidak terpancing untuk mengulangi kesalahan yang sama seperti dahulu kala.
Untuk kali ini saya pergi ke negeri orang sudah saya niatkan memang untuk mencari ilmu. Saya lebih fokus untuk mengerjakan tugas akhir saya dan tugas-tugas yang diberikan pembimbing saya. Karena target saya saya harus cepat selesai dan kembali lagi ke negeri saya tinggal.
Diakui maupun tidak diakui saya merasa tidak betah di negeri orang. Karena memang saya bukan tipikal orang yang suka mengembara. Saya lebih suka mengembangkan hidup ini di kota tempat tinggal saya.
Kurang lebih selama dua tahun saya mampu melewati semua masa pendidikan saya. Banyak ilmu yang saya dapat di sana. Mulai dari ilmu yang sesuai dengan jenjang pendidikan saya, dan juga ilmu kerohanian saya dapat di negeri seberang tersebut.
Di negeri seberang tersebut saya belajar banyak mengenai pengelolaan kerohanian saya dengan seseorang yang sudah saya anggap sebaga orang tua dan guru saya. Dengan beliau tersebut saya menemukan kedamaian kembali mengenai kehidupan ini. Banyak ilmu agama dan ilmu kerohanian yang beliau ajarkan. Dan dari situlah saya mampu menemukan jiwa saya kembali yang dulu sempat hilang gara-gara satu perkara yang ditimbulkan oleh seseorang yang saya sayangi.
Dengan beliau pula saya banyak mendapatkan ilmu keikhlasan. Di mana kita harus menerima segala keputusan yang sudah di tetapkan pada diri kita dan selalu berusaha berbuat yang terbaik bagi kehidupan kita.
Sungguh luar biasa memang adanya. Saya sekarang sudah mampu lebih ikhlas menerima semua yang telah menerpa kehidupan ini. Saya sangat berterima kasih terhadap beliau tersebut. Sudah memberikan segala bentuk gambaran kehidupan yang baik.
Setelah saya menyelesaikan pendidikan saya di negeri orang. Sayapun memutuskan untuk kembali ke negeri tempat saya tinggal. Karena semua itu merupakan cita-cita saya sebelumnya. Saya akan mengembangkan ilmu yang sudah saya dapat di negeri tempat saya tinggal.
Saya mencoba melamar di perguruan tinggi yang dulu telah memberikan banyak kenangan bagi saya. Mulai dari kenangan baik hingga kenangan pahit. Walaupun itu mengingatkan kembali memori yang telah lalu. Tetapi sekarang sudah beda menanggapinya. Saya sudah lebih tegar dan tenang menghadapinya.
Hari demi hari saya mengabdi di tempat tersebut. Memang benar sekali, tidak munafik, saya memang selalu terkenang semua memori saya yang terdahulu. Selalu dan selalu, karena memang di tempat ini semua kenangan itu terjadi.
Untuk kali ini saya pun tidak menghindarinya, saya justru terus menghadapinya. Justru sekarang saya akan terus mengenangnya biar terbiasa dengan hal tersebut. Semakin kita melupakannya justru semakin mengingatkannya, tetapi justru ketika kita mengingatnya maka akan lebih mudah melupakannya.

Berubah mengubah
Ganti dan ganti
Tetes menjadi berkas
Berkas mentari
Yang akan menyinari
Kegelapan hati
Masa lalu
Lalu lupa dan sirna

Sekarang hilang semua kenangan itu, justru kalau dikenang membuat bibir ini tersenyum genit. Sekarang saya sudah hidup dengan wanita yang baik hati. Yang mungkin di kirim Tuhan dari surga yang bisa menjadi pelipur lara yang duka. Cantik dan bersahaja itu tergambar dari wajahnya.
Seperti sebuah intan permata. Lama terbentuk di dasar bumi yang mungkin tidak diketahui banyak orang. Namun apabila telah mengerti akan keindahannya, maka orang tersebut akan berusaha untuk memilikinya. Selain sedap dipandang mata, itu juga mahal harganya. Barang mulia yang orang lain belum tentu memilikinya.

Three angels in one line
waiting one soul with sine
happy to be crying
smile to be memorize
like the door in the night
always close and silent
heaven or paradise
like fire in the ice
angels……
why you always bring my spaces???
Space in one beautiful place
My heart it lays
Little hope will be ending
And the water will be running
My life changing
but not flying
Thanks for your love
time…..
and smile……
Happy it’s my pray
In every night and day
To you ay……..
Demikianlah gambaran sebuah kesabaran cinta. Yakinlah jika mampu kita mengendalikan dan melewatinya pasti akan bahagia di akhir cerita. Senyum manis buat semua cinta.