Monumen Kerukunan Ikon Kecamatan Seputih Raman
Seputih Raman merupakan salah satu kecamatan yang ada di Lampung Tengah. Kecamatan yang terdiri dari 13 desa ini memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan kecamatan-kecamatan lain yang ada di Lampung Tengah. Selain dipandang dengan keramahan warganya Seputih Raman merupakan daerah yang didiami oleh masyarakat dengan berbagai suku, agama, ras dan budaya yang beraneka ragam. Dalam pidatonya Mustafa, Bupati Lampung Tengah mengungkapkan bahwa Seputih Raman merupakan miniatur Indonesia yang di dalamnya terdapat masyarakat yang beragam baik suku, agama, ras dan budaya.
Di Kecamatan Seputih Raman terjadi toleransi lintas agama dan budaya yang sangat luar biasa. Hal ini dibuktikan dengan tidak adanya kericuhan dan kekisruhan antar warga lintas agama ataupun budaya. Antar umat beragama menjalankan tradisi dan kepercayaannya masing-masing tanpa mengganggu satu sama lain. Ini merupakan suatu kebanggaan tersendiri bagi warga Seputih Raman. Meskipun Seputih Raman didominasi dengan masyarakat suku Jawa namun terdapat juga beberapa suku di Seputih Raman seperti suku Bali, Sunda, dll. Kepercayaan masyarakat Seputih Raman juga didominasi dengan masyarakat Muslim namun terdapat juga kepercayaan agama lain seperti Hindu, Budha, Katolik dan Kristen.
Dengan berbagai alasan tersebut dibangunlah sebuah monumen untuk wilayah Seputih Raman. Monumen ini dibangun pada bulan Juni-Juli 2016. Dananya pun sukarela dari berbagai pihak. Secara resmi tanggal 16 Agustus 2016 Bupati Lampung Tengah bersama anggota DPD RI Syarif, Anggota DPRD provinsi I Komang Koheri, I Nyoman Suryana disaksikan oleh tokoh agama lintas agama meresmikan Monumen Kerukunan dengan penanda tanganan prasasti Monumen Kerukunan Masyarakat Seputih Raman. Pada Monumen Kerukunan terdapat relief yang menggambarkan antar umat beragama saling berdampingan. Peresmian ini dilakukan juga dengan berbagai kegiatan salah satunya Senam Bugar Jejamo yang diikuti oleh sumua sekolah yang berada dikawasan Seputih Raman dari Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah. Peresmian ini juga mengundang seluruh aparat kampung yang berada di sekitar Kecamatan Seputih Raman. Tua, muda, anak-anak, remaja dan dewasa semua tumpah ruah menjadi satu di Lapangan Merdeka Seputih Raman. Hingga Museum Rekor Muri memberikan penghargaan kepada Seputih Raman dengan peserta Senam terbanyak. Kegiatan lain juga digelar seperti lomba-lomba dan aksi donor darah.
Dalam pidatonya pendeta Alfred dan H. Suharto berpesan untuk saling menghargai dan menghormati antar umat beragama. “Berbeda itu indah dan hargailah perbedaan” ujar kedua tokoh agama itu.